Justru konflik yang berkepanjangan di Afganistan adalah ketidakbersatuan antar masyarakat baik masyarakat metropolis maupun masyarakat lokal, yang menetap di daerah-daerah.Â
Ketidakbersatuan atau persatuan diantara rakyat, lemah karena kurang pemeratan dalam pembangunan disatu sisi dan disisi yang lain adalah pemerintah yang sah kurang merangkul masyarakat "bawah". Yang dimaksudkan saya masyarakat "bawah" adalah mereka yang menetap di daerah-daerah atau masyarakat lokal.
Masyarkat Lokal Afganistan
Masyarakat lokal Afganistan adalah etnis-etnis atau suku-suku yang bermigrasi dari Tajikistan, Uzbekistan, dan Turkhemenistan. Memang ada juga etnis atau suku-suku lain dari negara-negara tetangga yang ada disekitar Afaganistan.Â
Namun, etnis atau suku-suku ini jumlahnya sangat terbatas. Afganistan lebih banyak didominasi oleh etnis Pashtun. Etnis ini terhitung lebih kurang 45%. Sementara etnis dan suku lain berada dibawah etnis Pashtun.Â
Etnis atau suku-suku yang bermigrasi dari luar yang menetap di daerah-daerah lokal, menyatu dengan warga masyarakat setempat. Etnis atau suku-suku ini berjuang setiap hari secara sosio-ekonomis. Perjuangan mereka ini dianggap sepele oleh pemerintah sah Afganistan.Â
Pemerintah Afganistan merasa nyaman dengan kehidupan kota, tanpa memperhatikan masyarakat yang sedang berjuang mati-matian di daerah-daerah, mengenai kebutuhan hidup harian. Pemerintah sah, kurang merangkul etnis atau suku-suku ini.
Rasa keprihatinan etnis atau suku di daerah-daerah ini tentu tak boleh disepelekan. Semangat keagamaan di daerah-daerah tumbuh. Apalagi para Mullah menjadi penyatu mereka. Dan didukung oleh para santri (Taliban), masyarakat lokal membentuk kekuatan baru untuk melawan pemerintahan yang sah.Â
Membangun perlawanan tentu bukan dalam waktu yang cepat. Apalagi yang dibangun adalah masyarakat lokal. Kata petuah, usaha sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukti! Inilah sebuah proses yang diperjuangkan oleh masyarakat lokal Afganistan.
Perjuangan Diplomasi Masyarakat Lokal melalui Santri
Kata Taliban artinya "murid". Murid adalah mereka yang sedang belajar. Namanya saja sedang belajar, pasti membutuhkan waktu. Dalam waktu yang panjang untuk belajar inilah terpadunya ilmu pengetahuan yang diterima para santri dan realitas yang dialami, tersintesis menjadi suatu kekuatan.Â