Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merah Putih Tetap Dikibarkan Walau Ibu Pertiwi sedang Sakit

17 Agustus 2021   12:39 Diperbarui: 17 Agustus 2021   12:43 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuh belas Agustus tahun 2021 benar-benar sepi. Tak ada aktivitas seperti apel bendera, pagawai, dan kegiatan yang meramaikan. Jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Keramaian dan berkumpul pun dilarang. Jika diadakan pun, jumlah terbatas. Jaga protokol kesehatan. Ini dilakukan demi keselamatan bagi kita semua. 

Apakah hal semacam ini melanggar kebebasan bergerak bagi masyarakat? Tentu tidak. Kebebasan yang ada didalam diri setiap harus pun harus mengikuti aturan. Rasanya, kebebasan tak lepas dari namanya aturan atau norma umum, yang mengatur kehidupan masyarakat secara umum.

Merah putih dikibarkan secara serentak dan bersama menjadi suatu tradisi bagi masyarakat Indonesia tatkala HUT RI. Merah Putih, lambang keberanian para pahlawan kita yang berjuang untuk memerdekakan dari para penjajah. 

Merah putih juga kini harus senantiasa melambangkan keberanian bagi warga Indonesia untuk tetap dikibarkan, walau Ibu Pertiwi sedang sakit. Pengibaran Merah Putih, bisa dijalankan oleh keluarga secara sederhana. Sebagai bukti bahwa keberanian untuk hidup negeri +62 dan mengheningkan cipta mendoakan para pahlawan kita.

Ibu Pertiwi kini sedang sakit, itulah sepenggal syair Lagu Ibu Kita Kartini. Ketika lagu ini didengunkan, tercuatu semangat Kartini memperjuangkan pendidikan bagi kaumnya, ketika zamannya pendidikan hanya dikhusukan kaum Adam. 

Ibu Pertiwi kini sedang sakit, ketika didengungkan kembali disaat 17 Agustus seperti sekarang, tentu akan menampilkan begitu banyak persoalan negara ini yang sedang menjadi tantangan untuk kita. Wabah pandemi Covid-19 yang menjadi pembunuh bagi kita. Inilah juga bentuk penjajah baru dengan wajah dan cara yang tak kelihatan.

Ibu Pertiwi kini sedang sakit, dengan bentuk dan cara yang lain, yaitu kemerosotan ekonomi, ketidakpatuhan kita akan peraturan pemberantasan Covid-19, korupsi, dan pergolakan internal birokrasi seputar etos kerja, serta penghayatan demokrasi kita dengan wajah baru, seakan demokrasi Pancasila menjadi sesuatu yang momok.

17 Agustus suatu peristiwa keramat dan begitu bersejerah bagi republik ini. Merdeka, inilah semboyan yang harus didengunkan tidak harus dengan suara yang lantang. Tetapi pelan dan halus agar merasuk dalam sanubari kita. Biar MERDEKA menumbuhkan nilai-nilai baru. Biar MERDEKA memekarkan semangat juang baru untuk bersama melawan penjajah dengan wajah dan cara baru ini.

17 Agustus 2021, Merah Putih tetap dikibarkan. Suatu tradisi yang harus diwariskan. Karena merah, simbol darah, tanda kehidupan. Dan kehidupan ini harus tetap hadir di negeri +62 ini. 

Putih, tanda kesucian jiwa anak bangsa. Simbol yang aktif memperjuangkan hidupnya. Putih, tanda menolak perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme. Merah Putih melahirkan patriotik baru masa kini, untuk bangkit dan berjuang melawan ketidakadilan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun