Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cinta Segitiga Sama Kaki loh, Bukan Sama Sisi

5 Agustus 2021   16:23 Diperbarui: 5 Agustus 2021   16:50 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deburan ombak lepas pantai, jadi saksi yang menggemuruhnya hati ini. Di bulan Desember 2003 saat itu. Sejenak duduk di susunan batu alam setelah perjalanan dari kebun. 

Teringat kala itu, rasa kebersamaan. Kumpul bareng. Aktivitas hampir setiap hari jumpa bersama. Entah bagaimana, tiba-tiba sisi A melihat dengan penuh semangat. Pak, ada yang lihat loh, cetus salah seorang anak di samping. Melihat adalah suatu aktivitas. Tergantung cara melihat dan gerakan dari dalam diri yang mendorongnya untuk melihat. Disinilah, maknanya. Seberapa dalam aktivitas melihat memiliki nilai lebih.

Akhir Desember 2003, hujan lebat menerjang rumah itu. Gelombang laut pun berbui dan terlihat tak ada harapan kapal Pelni itu tiba. Senja kelabu pun terasakan. Kapal Pelni bukan batal berlabuh, namun betul kapal itu muncul juga. Stroommm berbunyi hebat, menggaung dalam belahan kota batu itu.

Iya, sisi A ikhlas pergi menumpang kapal Pelni itu menuju kota harapannya. Diantar, tetapi menolak. Terpaksa hanya menitipkan sehelai jaket. Jaket merah, warnanya. Rasa memang biasa saja. Karena baru berjumpa. Berjumpa sejenak tak mungkin terikat, mungkin terpikat, iya. 

Tak disangka, sisi A terpikat. Bahkan jauh dari itu, terikat. Inilah yang tak disangka. Kebersamaan yang telah sering dijalankan dalam dinas pekerjaan dengan warga, ternyata ada yang melihat dengan sudut pandang yang berbeda. 

Waktu pun berlalu. Semangat sisi A semakin bertambah. Saat-saat dimana sisi A begitu bersemangat, lokus dinas menjadi prioritas. Anehnya, ketika itu rasa ini hambar. Hanya karena menjaga kebersamaan, jawaban selalu mengikuti alur semangat sisi A. Rupanya, jawaban seperti ini, menuai badai ketika sisi B hadir tak disangka pada waktu-waktu yang berbeda. 

Seperti piala bergilir dalam jamuan minum-minum kebersamaan, hadir sisi B pun berjalan sama seperti sisi A. Semangat kebersamaan dalam dinas, adalah rutinitas kami saat itu. Bekerja bersama. Kumpul pun bersama. Bahkan pada waktu-waktu tertentu jalan ke sungai, ke pantai, berenang, dan lain-lain pun dalam kebersamaan. 

Dalam kebersamaan ini, sekali lagi, rupanya melihat muncul sama. Sisi  B melihat namun cara dan bagaimana melihat beda dengan sisi A. Cara dan bagaimana sisi B melihat, seakan menantikan suatu jawaban yang jauh berbeda dengan cara melihat sisi A. Inilah yang menjadi tanda tanya yang kemudian menghadirkan sebuah "persimpangan jalan". Bahkan lama-lama menjadi suatu tikungan cinta. 

Disinilah media ini menyebut "cinta segitiga", tetapi saya pribadi menyebutnya cinta segitiga sama sisi. Cinta yang diungkapkan dengan cara yang sama tetapi responsibilitinya jauh berbeda. Cinta yang lahir dari suasana yang sama namun berbeda dalam harapan satu sama lain.

Sisi B hadir dalam kebersamaan kami dan cukup lama bersama kami. Dalam perjalanan dinas, kami selalu bersama. Dalam bersama itu, tak ada ungkapan cinta. Aktivitas bersama inilah yang melahirkan bunga-bunga harapan. 

Bunga-bunga harapan, bergelora. Sisi A menuduh sisi B. Bahwa sisi B terlalu dekat dengan sisi C, apalagi sisi A sungguh jauh. Sharing dari sisi B, bahwa sisi A cemburuh jika sisi B terlalu dekat dengan sisi C. Dan sisi B berani mengatakan memangnya kenapa kalau dekat. Kan tak ada yang perlu dilarang. Kan kita sama-sama satu keluarga. Ketika mengungkapkan begitu, sisi A pun menungkapkan pada sisi B, bahwa sisi C telah memberikan jaket merah padaku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun