Proses meditasi terus berjalan. Dalam proses itu, saya menemukan bahwa pada satu bagian dimana perasaan-perasaan dalam diri "semacam tumbuh" kelegahan. Disaat yang sama, saya merasa fisik saya dingin dan ringan. Saya tetap terus bertahan dalam proses meditasi itu.
Hanya rasa yang muncul didalam diri. Rasa dingin berubah menjadi hangat. Tadi yang berkeringat, tidak berkeringat lagi. Raga yang terasa kuat dan bersemangat kembali. Seakan, jiwa telah dicash dan menemukan rasa kekuatan baru. Muncul dalam benak saya harapan dan kegembiraan, suka dan duka. Seakan terpulihkan kembali. Saya sadar tepat pukul 20.00 wib. Rasanya terpulihkan. Benar-benar terasa segar dan kuat. Rasa bahagia dan bangga.Â
Dari pengalaman saya tadi, saya menangkap bahwa "Toxic Positivity", adalah sikap mengeneralisir suatu keadaan kepada suatu keadaan tertentu selama waktu tertentu dan terpendam dalam diri setiap orang. Rasa yang muncul kemudian sebagai resonansi terhadap tubuh dan jiwa seseorang. Toxic positivity, sadar atau tidak, seseorang mengalami ini. Baik itu dalam kadar yang kecil maupun dalam kadar yang besar. Toxic positivity perlu diolah dengan baik. Tanpa itu, berdampak buruk akan pskologis seseorang.Â
Dunia sekitar dengan jamak situasi harus perlu diterima dan diolah, diatur dan diproses secara akal budi dan perasaan yang sehat. Berproses dengan akal budi artinya diterima dan direkam dengan pola kirim yang logis. Berproses dengan akal sehat berarti dengan pola pikir yang logis tadi sampai harus membangkit suatu perasaan yang benar. Iya... kalau sedih harus sedih dan ini harus diterima. Jika gembira, iya..harus gembira dan ini pun harus diterima.Â
Dari pengalaman dan pemahaman yang terbatas tentang sikap mengeneralisir, yang sekarang Kompasiana menyebut sebagai Toxic Positivity, saya memiliki cara tadi, "perlu ada  waktu untuk diri sendiri". Waktu untuk diri sendiri inilah bisa diisi dengan berbagai tindakan reflektif. Hal ini dimaksudkan untuk membangkit kembali segala tindakan dan perasaan secara pribadi. Waktu untuk diri sendiri, saya lebih memilih untuk melakukan meditasi. Meditasi, cara untuk mengobati sikap generalisasi diri.Â
Pangkalpinang, 28 Juli 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI