Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jumlah Semakin Bertambah, Kok Gak Takut-takut?

8 Juni 2020   20:22 Diperbarui: 8 Juni 2020   20:23 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

New Normal, menurut Wakil Presiden RI, Bapak Ma'ruf Amin untuk menghindari diri kita dari dua hal ini, yaitu Covid-19 dan keterpurukan ekonomi (Kompas.com- 08/06/2020). 

Secara pribadi saya sangat setuju sekali dengan orang nomor 2 di republik ini. Namun, terberesit lebih jauh dari itu, kenormalan baru diberlakukan karena keterpuruknya ekonomi. 

Bulan-bulan awal, sejak 2 Maret 2020 diumumkan pandemi Covid-19 di Indonesia, mungkin orang-orang pada ketakutan. Sehingga waktu itu, jalan-jalan sepih, toko dan mall pun jarang dikunjungi orang. Apalagi cerita dan lukisan tentang Covid-19 penuh dengan litani, yang berdampak pada "lebih baik di rumah saja."

Lebih baik di rumah saja, tidak bekerja atau bekerja dari rumah, justru berdampak juga pada peningkatan pembiayaan hidup keluarga. Orang-orang di rumah saja dalam arti khusus bisa menyiapkan diri merayakan hari raya besar seperti Paskah, Waisak, dan Lebaran. Karena di rumah saja, makan dan minum serta efek daring untuk anggota keluarga, terkhusus untuk anak-anak lebih meningkat ketimbang ketika berada di sekolah-sekolah atau di tempat kerja di luar rumah.

Lebih baik di rumah saja, menyulut hawa kebosanan berakibat pertengkaran bila dibandingkan sebelumnya yang bekerja di luar rumah. Saling berjumpa, saling memberi motivasi, saling menguatkan tatkala ada kegelisahan dan kecemasan atas suatu pekerjaan.

Lebih baik di rumah saja pun akan mendorong diskusi, mencari jalan keluar, dan pada titik dermakasi tertentu menjadi spirit, semangat untuk berani mengambil keputusan mau bekerja meningkatkan ekonomi atau takut karena situasi.

Mungkin saja, refleksi karena "lebih baik di rumah", gagasan New Normal, muncul. New Normal atau kenormalan baru adalah sikap baru dari setiap orang terhadap situasi pandemi Covid-19 dan berani mengambil keputusan untuk pencegahan keterpurukan ekonomi dan keuangan. 

Atau mungkin dengan lebih singkat dikatakan, New Normal itu pelonggaran PSBB namun perketat protokol kesehatan. Orang lebih baik di rumah saja, asal makan tiga kali sehari, minum jalan terus ketika haus, namun jika tanpa bekerja apa jadinya?

Memang harus diakui bahwa ketika New Normal digulirkan hingga kini persepsi orang-orang berbeda. Bedanya karena disuruh bekerja dengan tetap patuh dan setia pada protokol kesehatan pusat atau daerah agar ekonomi dan keuangan tak terpurukan. 

Roda perekonomian terus berjalan. Dapur tetap mengepul asap, bukan karena kebakaran akibat stress tapi memang sungguh masak sesuatu untuk dimakan atau diminum. Dompet tetap tebal bukan karena materai dan photo-photo serta nota-nota tagihan, namun karena ada uang, sudah gajian.

Dan pada akhirnya, jumlah memang bertambah, bertambah juga penghasilan, bertambah juga karena sembuh dari penyakit. Kok gak takut, ya... karena jika takut dapur tak berasap, dompet tak terisi, puasa dan pantang jalan terus bukan karena sesuatu niat namun karena ketiadaan sesuatu yang dapat dimakan dan minum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun