Kedua, mengajak anak ke kebun. Di kebun anak saya benar-benar merasa bebas. Saya membiarkan apa yang dilakukan sambil saya mendampinginya. Dia mau berenang di kolang (kolam air alami), dia mau ikut menggali tanah dan ikut menanam coklat dan porang. Dia mulai mencari sarang burung, dan lain-lain. Setelah dia merasa happy, saya mulai ajak pulang.
Ketiga, mengajak anak untuk menggambar apa saja. Disinilah, saya meminta dia untuk menggambar apa yang diminatinya. Saya membiarkan dia menggambar dino saurus, donatrodon, ular naga, tupai purba, T-rex, kolam, pohon, dan lain-lain.Â
Setelah menggambar, saya meminta dia untuk mewarnainya. Gambar di atas merupakan salah satu hasil ekspresi hati anakku dari kejenuhan dan kebosanannya.
Keempat, mengajak anak untuk bermain game yang telah lama dia main. Dia sendiri mencari dirak bukunya. Game-game yang dulu dia gemar bermain, dia ambil dan bermain lagi, walaupun tidak sampai setengah jam, cetusnya, papa Hiero sudah bosan dengan permainan ini.
Kelima, mengajak anak bersepeda sore-sore bersama teman-temannya. Selama berada di rumah, bersepeda bersama teman-teman seumurnya di tetangga sebelah adalah kegiatan yang rutin setiap sore.Â
Bahkan sampai malam hari pun mereka masih bermain sepeda. Saya tetap membiarkan anak saya bermain bersama anak-anak tetangga, sambil mengingatkan dia jangan lupa mandi dan makan.
Keenam, bermain game dan nonton di hp android dan tv. Walau permainan game di android dan menonton di tv termasuk rutin, tetapi juga ada titik jenuh dan bosan juga. Permainan game dan menonton di tv akhirnya juga jarang terjadi. Saya lebih cenderung mengajak anak untuk kegiatan di halaman rumah.
Dari banyak kegiatan dan permainan yang dilakoni anak saya selama masa pandemi Covid-19, lebih kurang ada tiga hal pokok yang saya temukan untuk kebutuhan dan perkembangan anak saya.Â
Pertama, sikap egoimenya mulai perlahan-lahan berkurang. Malahan selalu berbagi dengan teman-temannya. Lebih dari itu, anak saya mulai terbuka dengan teman-temannya dan kami sebagai orangtua.Â