Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menalar "Dunia" Menurut Popper dan Konsekuensi Logis bagi Situasi Kita Kini

20 April 2020   10:33 Diperbarui: 20 April 2020   10:37 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya pengetahuan subyektif itu lebih pada subyektif dan telah dipengaruhi oleh aspek-aspek lain yang muncul dalam diri, seperti aspek psikologis, dan lain-lain. 

Sementara pengetahuan obyektif yang dimaksudkan Popper ialah pengetahuan ilmiah seperti halnya teori-teori, problem terbuka, situasi problem dan yang terpenting lagi adalah argumentatif yang dibangun didalam proses teori-teori, dan lain-lain. 

Pengetahuan obyektif terbuka terhadap kritik, sementara pengetahuan subyektif terbuka terhadap kritik jika pengetahuan itu sudah dalam bentuk pengetahuan obyektif seperti tulisan yang telah dicetak.

Membaca kedalaman Makna Rumusan Problem Solving Popper

Banyak ilmuwan dan para ahli dari disiplin ilmu lain berusaha untuk mendalami problem solving Popper, lalu menerapkannya dalam disiplin ilmu yang digeluti mereka. Hal semacam ini diakui Popper, namun sebelumnya Popper tidak menduga bahwa ini akan terjadi. 

Menariknya bahwa apa yang dilakukan Popper dapat dijalankan oleh para ilmuwan berikutnya. Tidak menariknya bahwa ilmuwan yang mempraktekkan problem solving Popper untuk mengkritisi teori-teori atau hipotesa baru yang dimilikinya kemudian  membatalkannya sendiri atas teori atau hipotesa awal yang dirumuskan ilmuwan itu sendiri.

Dari pola pemahaman epistemologi Popper yang sungguh luar biasa itu, kita boleh menarik maknanya bahwa, pertama, hidup manusia itu dililiti oleh problem. Problem apapun bentuknya. Dan problem-problem itu dituntut untuk dipecahkan. Tanpa pemecahan maka dunia terus menerus dipandang sebagai "medan problematika".

Sejarah kesadaran manusia dibelit oleh problem masa lalu dan akan terlilit terus hingga masa depan. Maka tidaklah heran Popper menyebut bahwa satu ujung sejarah, kini ada ditangan kita. 

Penyelesaikan problem, sama seperti mengikuti ujung sejarah yang satunya. Problem corona yang mewabah sekarang pun hemat saya sebagai problem yang telah menyejarah. Dulu ada, kini ada, dan mungkin akan ada di masa depan. 

Dulu problem itu telah dipecahkan masalahnya, muncul sekarang yang sedang dalam proses penyelesaian dengan usaha para ahli viriologi untuk menemukan antibodi virus corona. 

Pertanyaan untuk kita ialah bagaimana jika para ahli viriologi tidak menemukan antivirus corona, padahal hampir seluruh negara maju dengan teknologi post modern yang canggih sudah beberapa bulan ini berusaha untuk menemukan? Ada apa dengan virus corona?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun