Oleh karena itu kini nasib damai merupakan suatu kodrat tapi dihadapan ketergantungan pada penguasa dan harapan merdeka tentu hanya persoalan keberuntungan.Â
Dapat hidup di tanah konflik tentu beruntung, hanya jika wafat akibat dari ketergantungan tersebut tak dapat dielakkan hingga daripada itu pulalah untuk menentukan nasib yang damai seharusnya perlu untuk memberi waktu bagi daya timbang secara tepat dan hal tersebut hanya terwujud ketika siapapun berani untuk dialog atas nama dirinya dan juga dua ketergantungan tersebut. Sebab pada dasarnya di hadapan kehidupan yang hendak dipertanggungjawabkan sebagai rasa syukur, perjuangan manusia untuk adil tentu menjadi keutamaan, agar persengketaan tak terjadi diantara satu sama lain.Â
Oleh karena panggilan hidup di bumi ini sejatinya adalah berani mengemukakan daya timbang terhadap suatu pilihan sulit serta terbuka untuk berdialog atas koneskuensi yang timbul dari pilihan sulit tersebut. Hal itu tentu merupakan keharusan, sebab bila demikian tentu yang terjadi kita akan sering menipu diri, hingga membuat siapapun akan bertindak semena-mena oleh karena alasan ketergantungan tadi. Hal itu pula melahirkan ke-tak-jujuran pada hidup kita hingga menjadi aib bagi diri kita dan berimbas pada paradigma hidup berbangsa dan bernegara.
Nasib TNI/Polri dan TPN-OPM di Intan Jaya, rinduku untuk kalian berbagi kisah nurani di tanah konflik.
Akan tanggung jawab kalian membela negara terpisah dari istri dan anak, akan waktu kalian membela hak bangsa Papua hingga terpisah dari keluarga serta kerabat akibat misi kedaulatan yang kian tak berujung. Terlalu mahal harga bayaran tersebut, bung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H