Mohon tunggu...
Alfonsius Febryan
Alfonsius Febryan Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi 'Fajar Timur'-Abepura, Papua

Iesus Khristos Theou Soter

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nasib dan Persoalan Keberuntungan

28 Februari 2021   20:41 Diperbarui: 28 Februari 2021   21:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh karena itu kini nasib damai merupakan suatu kodrat tapi dihadapan ketergantungan pada penguasa dan harapan merdeka tentu hanya persoalan keberuntungan. 

Dapat hidup di tanah konflik tentu beruntung, hanya jika wafat akibat dari ketergantungan tersebut tak dapat dielakkan hingga daripada itu pulalah untuk menentukan nasib yang damai seharusnya perlu untuk memberi waktu bagi daya timbang secara tepat dan hal tersebut hanya terwujud ketika siapapun berani untuk dialog atas nama dirinya dan juga dua ketergantungan tersebut. Sebab pada dasarnya di hadapan kehidupan yang hendak dipertanggungjawabkan sebagai rasa syukur, perjuangan manusia untuk adil tentu menjadi keutamaan, agar persengketaan tak terjadi diantara satu sama lain. 

Oleh karena panggilan hidup di bumi ini sejatinya adalah berani mengemukakan daya timbang terhadap suatu pilihan sulit serta terbuka untuk berdialog atas koneskuensi yang timbul dari pilihan sulit tersebut. Hal itu tentu merupakan keharusan, sebab bila demikian tentu yang terjadi kita akan sering menipu diri, hingga membuat siapapun akan bertindak semena-mena oleh karena alasan ketergantungan tadi. Hal itu pula melahirkan ke-tak-jujuran pada hidup kita hingga menjadi aib bagi diri kita dan berimbas pada paradigma hidup berbangsa dan bernegara.

Nasib TNI/Polri dan TPN-OPM di Intan Jaya, rinduku untuk kalian berbagi kisah nurani di tanah konflik.

Akan tanggung jawab kalian membela negara terpisah dari istri dan anak, akan waktu kalian membela hak bangsa Papua hingga terpisah dari keluarga serta kerabat akibat misi kedaulatan yang kian tak berujung. Terlalu mahal harga bayaran tersebut, bung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun