Pencapaian ini dapat ditingkatkan jika penerapan ekonomi biru berkelanjutan dilakukan secara tepat mengingat dua per tiga wilayah Indonesia adalah laut. Saatnya kekayaan laut dan pesisir di dorong menjadi sumber pendapatan utama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang maupun kebutuhan-kebutuhan lainnya.Â
Ekonomi biru merupakan sebuah model bisnis yang mampu melipat-gandakan pendapatan diikuti dengan dampak penyerapan tenaga kerja dan peningkatkan nilai tambah pendapatan masyarakat.
Paradigma ini dapat mengoptimalkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan mengolah limbah dari satu produk menjadi bahan baku bagi produk lain dan mampu menghasilkan lebih banyak produk turunan.
Pendapatan dari produk-produk turunan tersebut diharapkan dapat memberikan hasil jauh lebih besar dari produk awal, termasuk di dalamnya diversifikasi produk, sistem produksi, pemanfaatan teknologi, financial engineering, dan menciptakan pasar baru bagi produk-produk yang dihasilkan (Pauli, 2012).
Konsep ekonomi biru memberi isyarat posistif terhadap pengelolaan sumberdaya kemaritiman Indonesia untuk mencapai mata pencaharian masyarakat maritim yang tangguh dengan lingkungan alam bahari yang sehat dan berkelanjutan. Paradigma ini menjadi angin segar yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh seluruh elemen masyarakat di wilayah pesisir dan laut. Ini berarti bahwa kekayaan hasil laut haruslah mampu menjadi pilar utama yang mendongkrak/meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sehingga masyarakat nelayan dan pesisir yang sebelumnya hidup dalam segala keterbatasan dapat memanfaatkan kekayaan laut dan pantai disekitarnya secara optimal dan berkelanjutan.
Pinsip pembangunan sektor kelautan dan perikanan diadopsi cara pandang blue economy, antara lain: 1) terintegrasinya pusat-pusat ekonomi dengan lingkungan; 2) pengembangan kawasan ekonomi potensial dan lintas batas ekosistem berbasis kawasan; 3) tercapainya sistem produksi efisien tanpa limbah dan tidak merusak lingkungan; 4) tumbuhnya penanaman modal dan bisnis kreatif dan inovatif yang mengadopsi model blue economy; 5) terciptanya keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi, sumber daya alam dan pelestarian lingkungan.
Konsep ekonomi biru memaksimalkan efisiensi pemanfaatan bahan baku dan limbahnya selama masih dapat digunakan untuk menghasilkan produk baru hingga semua limbahnya dimanfaatkan.Â
Dengan demikian suatu proses produksi hasil olahan perikanan akan menghasilkan banyak produk-produk baru (produk turunan) yang bernilai ekonomis yang berasal dari bahan baku yang sama tanpa sehingga tidak menyisakan limbah (zero waste).Â
Dengan demikian sudah saatnya perhatian kita diarahkan pada pengelolaan sumberdaya maritim dilakukan secara terpadu dari hulu hingga hilir; dari manajemen laut dan pesisir hingga hilirisasi produk dan bisnisnya.
Pada aspek hulu, manajemen sumberdaya pesisir dan laut memastikan wilayah laut terkonservasi, penangkapan diatur secara bijak sehingga laut tidak dieksploitasi secara berlebihan untuk mengejar MSY saja namun harus dimanfaatkan secara efisien dan efektif untuk menjaga keberlanjutan biota laut (tidak melebihi titik lestari)
Keuntungan kegiatan penangkapan yang diikuti dengan hilirisasi yaitu untuk menghasilkan berbagai produk olahan baik pangan mapun non pangan.