MENEGAKKAN KEMBALI PERILAKU GOTONG ROYONG SEBAGAI
JATI DIRI BANGSA
Perilaku gotong royong merupakan nilai budaya yang mendalam di Indonesia. Gotong Royong mencerminkan semangat persatuan, gotong royong, dan saling menghormati dalam masyarakat. Namun, tren globalisasi, urbanisasi, dan individualisme dalam masyarakat modern telah mengurangi kekuatan dan pentingnya tindakan gotong royong. Hilangnya gotong royong akan berdampak buruk bagi masyarakat Indonesia.
Individualisme menyebabkan meningkatnya kesenjangan dan pengucilan sosial. Ketidak pedulian terhadap orang lain menyebabkan hilangnya rasa memiliki dan empati. Kurangnya rasa kepemilikan masyarakat menghambat upaya penyelesaian permasalahan sosial. Menghidupkan kembali gotong royong penting bagi jati diri bangsa dan kemajuan sosial.
Dampak dari perubahan nilai ini adalah menurunkan prevalensi dan praktik perilaku menolong, yang berujung pada hilangnya rasa solidaritas, saling mendukung, dan kepedulian terhadap kebaikan bersama.
Menurunnya perilaku gotong royong membawa dampak buruk bagi masyarakat, seperti meningkatnya kesenjangan dan keterasingan sosial, serta kurangnya rasa tanggung jawab kolektif dalam penyelesaian permasalahan sosial.
 Ketidak pedulian terhadap sesama menyebabkan hilangnya rasa solidaritas dan empati antar anggota masyarakat.
 Kurangnya rasa tanggung jawab kolektif juga menghambat upaya penyelesaian permasalahan sosial yang dihadapi.
Pertama, perilaku ini penting untuk membangun rasa solidaritas dan kohesi, menciptakan kohesi dan stabilitas sosial. Kedua, gotong royong mendorong pembangunan, mempercepat penyelesaian permasalahan sosial, dan mengurangi kesenjangan. Ketiga, perilaku gotong royong memperkuat ikatan sosial di masyarakat.
Memulihkan gotong royong sebagai jati diri bangsa merupakan tugas yang kompleks namun penting. Melalui pendidikan karakter, kampanye sosial, dan program pemerintah, masyarakat harus bersatu untuk menghidupkan kembali semangat gotong royong. Hanya dengan menjadikan perilaku ini sebagai cara hidup kolektif lagi, kita dapat meningkatkan kualitas hidup, memperkuat identitas nasional, dan mencapai kemajuan berkelanjutan.
Dengan membawa gotong royong ke dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menciptakan lingkungan yang saling peduli dan mendukung. Mari kita bergandengan tangan dalam upaya membangun masyarakat yang harmonis, adil, dan sejahtera. Gotong royong bukanlah sekadar kata-kata, tetapi sebuah nilai yang harus diwujudkan dan dijunjung tinggi oleh setiap individu demi kebaikan bersama. Bersama-sama, kita bisa mewujudkan perubahan positif dan mendorong kemajuan bangsa ke arah yang lebih baik.
Pandawara Group . Lima anak muda ini memiliki cara berbeda untuk merayakan HUT ke 78 RI karena mengincar pantai terkotor nomor 3 di Indonesia.
Bukan upacara, bukan pula lomba 17 Agustus. Pandawara Group ingin memeringati Hari Kemerdekaan dengan membersihkan pantai di Cirebon, Jawa Barat.
Melalui akun resminya, @pandawaragroup, di Instagram, Pandawara Group juga mengajak warga Cirebon untuk bergabung dengan mereka untuk bersama-sama membersihkan pantai.
Pandawara Group selama ini dikenal sebagai kelompok yang peduli lingkungan dengan kerap membersihkan pantai, juga sungai yang kotor
Sejalan dengan tujuannya peduli terhadap lingkungan di Tanah Air, Pandawara Group yang terdiri dari lima pemuda itu mengajak 7.800 warga Jawa Barat khususnya di Kota Cirebon untuk membersihkan pantai bertepatan dengan masa Hari Ulang Tahun RI ke-78. Mereka juga mengajak warga yang datang untuk memakai pakaian yang bernuansa kemerdekaan, yaitu merah putih.
"Sebagai orang yang lahir di Cirebon, turut senang karena pantai ini mulai coba untuk dibenahi. Semoga pemerintah di sana juga mulai ikut turun membantu pelestarian pantai di sana karena potensi wisatanya yang banyak. Apalagi kulinernya di sana sudah enak dan harga sangat terjangkau," kata komentar di Instagram.
Video singkat disosial media itu mengabadikan aksi ribuan orang tersebut memenuhi Pantai Kesenden dan mengumpulkan sampah dalam plastik hitam besar. Video tersebut diiringi dengan lagu "Lirik Berkibarlah Bendera Negeriku" dalam nuansa HUT ke-78 RI.
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.
Perilaku gotong royong merupakan bagian integral dari tradisi masyarakat Indonesia, yang melibatkan semangat solidaritas, kerja sama, dan saling menghormati antar anggota masyarakat. Gotong royong tidak hanya bermakna kerja sama dalam kegiatan fisik seperti membersihkan lingkungan, membangun rumah, dan memanen tanaman, tetapi juga melibatkan saling menghormati, bersatu dalam mengatasi permasalahan bersama, dan rasa kepedulian terhadap kebaikan bersama.
Perilaku gotong royong telah menjadi landasan utama dalam membangun harmoni sosial dan stabilitas dalam masyarakat Indonesia. Di tingkat desa, gotong royong tercermin dalam kegiatan seperti gotong royong membajak sawah, membantu dalam acara pernikahan, dan kerja sama dalam merayakan hari raya. Di tingkat kecil lainnya, gotong royong masih dapat ditemukan dalam kegiatan-kegiatan lingkungan seperti gotong royong bersih-bersih lingkungan, menjaga kebersihan sungai, atau membangun fasilitas umum.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, tren individualisme dan modernisasi telah mengubah perilaku masyarakat. Globalisasi membawa pengaruh yang signifikan dalam mengubah nilai-nilai sosial di Indonesia. Masyarakat mulai berorientasi pada kepentingan pribadi dan terobsesi dengan pencapaian pribadi. Urbanisasi juga memperkuat kecenderungan menuju individualisme dengan mendorong tumbuhnya kota-kota besar, dimana kehidupan menjadi lebih anonim dan interaksi antar individu menurun.
Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengembalikan perilaku gotong royong sebagai jati diri bangsa. Gotong royong memegang peran penting dalam membangun rasa solidaritas dan kebersamaan, mempercepat pembangunan, mengurangi ketimpangan sosial, dan memperkuat ikatan sosial masyarakat. Merevitalisasi perilaku gotong royong membutuhkan upaya lintas generasi, termasuk melalui pendidikan karakter, kampanye sosial, serta dukungan dari pemerintah dan lembaga pendidikan.
Hanya dengan mengembalikan perilaku gotong royong sebagai cara hidup yang diterapkan secara kolektif, kita dapat memperkuat nilai-nilai sosial, memperkuat jati diri bangsa, dan membangun masyarakat yang lebih harmonis dan berkelanjutan.
Individualisme yang merajalela menyebabkan meningkatnya kesenjangan dan keterasingan sosial
.
Pemulihan perilaku gotong royong sangat penting bagi jati diri bangsa dan kemajuan masyarakat Indonesia.
  Pertama, perilaku ini menimbulkan rasa solidaritas dan persatuan, yang diperlukan untuk menciptakan solidaritas dan stabilitas sosial, Kedua, gotong royong dapat mempercepat proses pembangunan, mempercepat penyelesaian permasalahan sosial dan mengurangi kesenjangan sosial di tanah air, Ketiga, perilaku gotong royong merupakan cara untuk mempelajari dan mentransfer nilai-nilai positif antar generasi sehingga mempererat ikatan sosial masyarakat.
Memulihkan aksi gotong royong sebagai pembersihan jati diri bangsa merupakan tugas yang kompleks namun krusial.
Melalui upaya-upaya seperti pendidikan karakter, kampanye sosial, dan program dukungan pemerintah, masyarakat harus bersatu untuk menghidupkan kembali semangat gotong royong.
 Hanya dengan menjadikan perilaku ini sebagai cara hidup yang lazim, kita dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, memperkuat jati diri bangsa, dan mencapai kemajuan yang langgeng.
Dengan ini kita tetap berpegang teguh kepada idoiologi negara indonesia yaitu pancasila gotong royong termasuk ideologi pancasila yaitu pada sila ke- 4 " persatuan indonesia" seperti yang terdapat pada dalam al- qur' an surat Al- mu'minun ayat 52.
Sesungguhnya ini adalah umat kalian, umat yang satu, dan Aku adalah Tuhan kalian, maka bertakwalah kepada-Ku
*Jayanthi, R. D. (2017). Gotong royong sebagai karakter kebangsaan dalam mewujudkan masyarakat madani. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Vokasi, 213-222.
*Puspitasari, D. N. (2020). Revitalisasi nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan masyarakat Jawa. Jurnal Nalar Pendidikan, 206-233.
*Sujarwanto, S. &. (2021). Gotong royong, filosofi, dan tantangan dalam konteks sosial budaya di era digital. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 6(2),, 285-301.
*Sunyoto, D. &. (2018). Jurnal Pendidikan Dasar, 9(1),. Perilaku gotong royong dalam pembentukan karakter bangsa., 38-44.
*Sutarjo, A. &. (2019). Gotong royong sebagai implementasi nilai-nilai Pancasila dalam perspektif filsafat pendidikan Karakter. In Educational Review (pp. 385-396). -.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H