Mohon tunggu...
Alfiyatul Ilmiyah
Alfiyatul Ilmiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

apa saja yang penting seru

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Anak adalah Kanvas Putih Orangtua

15 November 2022   16:36 Diperbarui: 15 November 2022   16:38 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua itu segalanya bagi anak. Mereka adalah panutan bagi anak mereka. Orang yang menentukan 'neraca pembanding antara baik dan buruk'-nya anak. Orang yang bakal mengisi dan mewarnai anak yang berupa kanvas putih. Warna mereka akan terpancar di anak mereka. Entah secara sadar atau tidak, bagaimana anda merawat atau mewarnai anak, itu adalah masa depan mereka.

Khalayak sebuah kanvas putih, dia tidak akan memiliki sebuah nilai tanpa diberi goresan. Goresan-goresan atau sketsa yang akan menjadi suatu karya seni inilah yang menjadi dasar dari bagus tidaknya suatu karya seni tadi. Orang tua adalah seniman yang memberikan dasar pada kanvas putih, anak. Dasar atau sketsa yang bagus akan menghasilkan karya seni yang bagus pula. Namun, sketsa ini tidak menjadi penentu seberapa berharganya sebuah karya seni itu. Warna lah yang akan menentukan seberapa jauh karya tadi akan dihargai oleh banyak orang. 

Warna di sini adalah lingkungan anak, entah seberapa biasa sketsa suatu karya, jika karya dengan sketsa biasa tadi diwarnai dengan warna-warna indah oleh orang-orang yang menakjubkan, maka karya yang awalnya akan menjadi karya biasa saja, nilainya akan menjolak tinggi. Anak yang dibesarkan tanpa kasih sayang pun akan menjadi anak yang luar biasa di masa depan nanti, jika lingkungan disekitar dia terus mendukung dia dan menerima dia.

Lalu, bagaimana dengan kanvas yang sudah dari awal rusak?

Seperti anak penderita autisme atau retardasi mental, ini adalah suatu kondisi yang ada sejak mereka lahir dan mereka tidak bisa memiliki pilihan atas kondisi ini, serta tidak bisa menolak kondisi ini. Kanvas yang rusak, mereka tidak akan memiliki nilai atau bahkan bisa saja dibuang oleh seniman mereka karena kerusakan ini. Begitu juga penderita autisme atau retardasi mental, mereka berkemungkinan untuk memiliki nasib yang sama dengan kanvas rusak tadi.

Yang bisa membuat kanvas tadi berharga adalah seniman. Mereka juga bisa membuat kanvas putih yang rusak tadi menjadi karya yang lebih bagus dan lebih berharga lagi. Begitu juga dengan anak, sebagai orang tua, menerima dia apa adanya dengan berbagai kekurangan yang dia miliki, lalu mendukung dia. Jika ada penderita di sekitar lingkungan kita, maka yang perlu kita lakukan adalah menerima dia dan menjadi salah satu orang-orang menakjubkan baginya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun