Mohon tunggu...
alfiyah ainun
alfiyah ainun Mohon Tunggu... Guru - Do more Listen more and Read more

Memulai tidak menjamin berhasil Namun diam menjamin gagal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dahsyatnya Mengapa

17 Maret 2020   17:51 Diperbarui: 17 Maret 2020   18:03 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Huft lagi-lagi ku hanya bisa menghela nafas. Menikmati setiap perkataannya yang terus menerus membuatku berkata, have i thought so far?

“yang kedua, ingin menjadi manusia yang paling baik. Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Bagaimana kita akan bisa bermanfaat untuk yang lain, kalau kita tidak memiliki kontribusi yang jelas, ngga punya karya yang jelas, ngga punya potensi yang jelas,” sambungnya.

‘Iya juga sih,’ pikirku.

“Temen-temen bawa galon ke kelas, tapi galonnya kosong, bisa dibagiin nggak? Ya ngga bisa, harus diisi ulang. Oke temen-temen bawa galon dengan berisi air, tapi airnya kotor, ada yang mau nggak? Ngga ada yang mau, karena isinya tidak berkualitas. Oleh karenanya, kalau manteman ingin bisa bermanfaat buat yang lain, maka yang harus dilakukan adalah menaikkan kapasitas diri.” Begitu ia menganalogikan.

Setiap perkataannya senantiasa antusias kudengarkan, tak surut tak lengah kuperhatikan lebih dalam makna setiap ilmu yang disampaikan. Tak bisa dibayangkan betapa banyak waktu yang terhitung selama ini berlalu begitu saja tanpa makna dan tujuan yang jelas. Aku mulai tersadar dengan schedule yang selama ini kubuat di dream board yang kupajang di dinding kamar, ternyata lebih membutuhkan perhatian untuk setiap harinya upload dan harus berkembang. 

Lantas bagaimana aku bisa membuatnya tampak begitu menyenangkan untuk ku lakukan, kalau tanpa bumbu-bumbu yang pas? Sudahkah selama ini aku mengetahui ternyata waktu berhargaku lebih banyak terbuang tanpa ilmu dan amal yang nyata, sehingga kalau dikalkulasikan berapa banyak hal yang tak ku ingat dalam hari-hariku, sudah berbuat apa saja aku seharian? Ya Tuhan, bagaimana aku memulainya? aku ingin mengetahuinya.

Ya, aku ingin mendengarnya kembali. Hal itu membuatku nyaman, untuk bisa tersadar agar bisa membangunkan macan yang selama ini tidur.

“Disaat orang lain sibuk membicarakan hal yang tidak penting, maka kamu sibuklah membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan masa depan kamu sendiri. Inget baik-baik, orang besar itu selalu membicarakan tentang masa depan, orang menengah akan membicarakan dirinya sendiri, dan orang kecil dia akan membicarakan keburukan orang lain. Maka kamu tinggal pilih, mau jadi orang yang kategori seperti apa.” begitu ia menjawab seolah mengetahui kegundahan hatiku yang terus bertanya, harus mulai dari mana.

Memang benar, saat waktu dan fikiran kita tidak diisi dengan hal yang positif,  maka ruang tersebut pasti akan diisi dengan sesuatu yang tidak bermanfa’at. Menyibukkan diri itu bagus, memilah-milih kegiatan itu harus, dan istiqomah dalam keta’atan itu terus menerus. lantas, bagaimana kita mengetahui potensi kita, ada dimana?

“Nggak akan pernah ada orang yang benar-benar tau potensi dia dimana, sampai dia mencoba satu persatu hal yang ingin dia coba. Baru dia akan tau dimana potensi dia”

Wow ajaib bukan. Ya aku mendapatkan jawabannya, ini dia kelemahanku, ketakutan. Belum apa-apa sudah memvonis duluan. Belum mencoba sudah takut dahulu, belum melangkah sudah berani mundur. Duh, virus yang nggak kalah hebat menakutkan selain corona. Merasa takut terhadap sesuatu yang sama sekali belum terjadi. Padahal sejatinya guru yang paling berharga yaitu pengalaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun