Organisasi intrakampus sering kali menjadi tempat mahasiswa mengembangkan potensi mereka di luar kelas. Mereka bukan hanya tempat untuk kegiatan luar akademik; mereka juga membantu Anda belajar tentang manajemen waktu, kerja sama tim, kepemimpinan, dan banyak lagi. Namun, fenomena pengurangan partisipasi mahasiswa dalam organisasi intrakampus semakin terlihat akhir-akhir ini. Apakah ada alasan yang lebih mendalam atau hanya kebetulan?
Perubahan Gaya Hidup dan Prioritas Mahasiswa
Perubahan prioritas dan gaya hidup mahasiswa adalah komponen utama yang mempengaruhi penurunan partisipasi dalam organisasi intrakampus. Pandangan hidup generasi Z berbeda dari generasi sebelumnya. Banyak mahasiswa percaya bahwa berpartisipasi dalam organisasi intrakampus tidak berdampak langsung pada pencapaian akademik atau karier mereka, dan mereka lebih fokus pada menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional mereka.
Tekanan Akademik Yang Meningkat
Tekanan akademik yang meningkat juga menjadi salah satu pemicu yang sangat penting. Banyak siswa memilih untuk menghabiskan waktu mereka untuk belajar daripada berpartisipasi dalam kegiatan organisasi karena kurikulum yang semakin padat, tuntutan untuk mendapatkan nilai yang tinggi, dan persaingan untuk beasiswa atau pekerjaan setelah lulus. Studi menunjukkan bahwa stres dan kecemasan yang disebabkan oleh tekanan akademik dapat menyebabkan siswa kurang tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler (Sander & Sanders, 2006).
Variasi Opsi Organisasi Ekstrakampus
Organisasi ekstrakampus yang variatif membuat mahasiswa kurang melirik organisasi intrakampus. Selain di rasa lebih fleksibel dan tidak menyita banyak waktu, kegitan ekstrakampus juga kadang memberikan insentif yang lumayan untuk mahasiswa. Organisasi ekstrakampus juga memiliki cakupan yang lebih luas dibanding organisasi intrakampus sehingga memberikan efek psikologis pada mahasiswa untuk cenderung mengikuti organisasi ekstrakampus. Program MBKM juga menjadi salah satu kunci penting karena menawarkan berbagai inisiatif pengganti kredit semester seperti pertukaran mahasiswa, magang, penilitian kewirausahaan, proyek kemanusiaan dan lain-lain yang memungkinkan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih "kaya" dan beragam di luar kampus.
Pengaruh Teknologi dan Media Sosial
Teknologi dan media sosial yang berkembang juga sangat memengaruhi cara siswa berinteraksi dan berpartisipasi dalam kegiatan di kampus. Media sosial sekarang memungkinkan siswa untuk terhubung dan berkomunikasi dengan teman-teman mereka tanpa harus bertemu langsung. Ini berarti mereka tidak perlu mengambil bagian dalam acara tatap muka yang ditawarkan oleh organisasi intrakampus. Selain itu, tidak sedikit siswa yang menghabiskan waktu mereka untuk bermain game atau menghabiskan waktu di media sosial.
Kurangnya Dukungan dan Penghargaan
Banyak mahasiswa merasa bahwa upaya dan waktu yang mereka habiskan dalam organisasi intrakampus tidak dihargai atau tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari pihak kampus. Misalnya, beberapa perguruan tinggi mungkin tidak memberikan pengakuan resmi atau kredit akademik untuk partisipasi dalam organisasi. Hal ini dapat menyebabkan penurunan motivasi bagi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan organisasi.
Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga berperan penting dalam penurunan minat mahasiswa dalam mengikuti organisasi intrakampus. Banyak organisasi yang mengharuskan anggotanya untuk membayar iuran, membeli perlengkapan, atau mengikuti kegiatan yang memerlukan biaya yang cukup besar. Bagi sebagian mahasiswa, terutama yang berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah, hal ini dapat menjadi beban finansial yang berat. Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu, mahasiswa lebih cenderung mengalokasikan sumber daya finansial mereka untuk kebutuhan yang lebih mendesak seperti biaya kuliah, tugas, buku, dan kebutuhan sehari-hari ketimbang aktivitas organisasi yang mungkin tidak esensial.
Solusi dan Rekomendasi
Untuk mengatasi penurunan partisipasi dalam organisasi intrakampus, beberapa langkah dapat diambil:
- Memberikan Penghargaan dan Pengakuan: Perguruan Tinggi harus memberikan penghargaan dan pengakuan resmi kepada orang-orang yang berpartisipasi dalam kelompok atau organisasi. Ini bisa berupa sertifikat, kredit akademik, atau penghargaan lainnya yang dapat meningkatkan profil siswa partisipasi organisasi intrakampus sebagai bagian dari kredit akademik.
- Meninjau Beban Akademik: Peninjauan kembali kurikulum dan beban akademik dapat membantu siswa merasa lebih tenang dan tenang. Ini berarti mereka memiliki lebih banyak waktu dan tenaga untuk terlibat dalam kegiatan organisasi.
- Mengintegrasikan Teknologi: Mahasiswa yang lebih akrab dengan teknologi dapat ditarik oleh penggunaan platform digital dan teknologi untuk mendukung kegiatan organisasi.
- Dukungan Finansial: Memberikan dukungan finansial untuk kegiatan organisasi dapat membantu mengurangi pengeluaran dan mendorong siswa untuk berpartisipasi lebih aktif.
- Penyederhanaan dan modifikasi kaderisasi: Dengan beban akademik yang padat tentunya proses kaderisasi yang sederhana dan fleksibel adalah salah satu solusi konkret dalam masalah tren negatif organisasi intrakampus. Hindari kegiatan yang terlalu memakan waktu dan energi, sehingga mahasiswa tidak terbebani. Penghapusan atau modifikasi tradisi negatif juga menjadi salah satu solusi yang dapat diterapkan jika ada praktik kaderisasi yang dianggap terlalu berat dan bahkan merugikan. Fokus pada kegiatan yang membangun keterampilan, dan semangat kebersamaan.
Salah satu masalah yang rumit adalah penurunan partisipasi mahasiswa dalam organisasi intrakampus. Ini dapat disebabkan oleh banyak hal, termasuk tekanan akademik yang meningkat, pengaruh teknologi dan media sosial, perubahan prioritas dan gaya hidup siswa, kurangnya dukungan dan penghargaan, dan mungkin juga proses kaderisasi yang kurang efektif. Mengurangi beban akademik, mengintegrasikan teknologi, meningkatkan kesadaran, berkolaborasi dengan pihak eksternal, meningkatkan infrastruktur dan fasilitas, dan mengembangkan program pengenalan dan orientasi adalah solusi nyata untuk masalah ini.Â
Evaluasi dan perubahan dalam proses kaderisasi juga diperlukan jika tren negatif terus berlanjut. Organisasi intrakampus dapat kembali menjadi tempat yang aktif dan dinamis yang mendukung pertumbuhan pribadinya dengan menggunakan pendekatan holistik dan fleksibel yang melibatkan evaluasi berkelanjutan, pengembangan program inklusif, peningkatan komunikasi dan promosi, dan penyesuaian program sesuai dengan minat siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H