Jika ada gejala halusinasi, ia menyarankan untuk berkonsultasi dengan psikiater.
Â
Penyebab halusinasi
Studi yang dilakukan oleh Universitas Stanford menunjukkan, media sosial yang didesain memutar kontennya secara terus-menerus dapat merangsang pelepasan dopamin berlebihan di otak.
Hal yang sama dialami saat seseorang kecanduan narkoba. Paparan jangka panjang terhadap media sosial menyebabkan lonjakan dopamin yang dapat memicu halusinasi.
Teori lain menyebutkan, banyak konten video yang isinya aneh dan menakutkan yang dapat menimbulkan pengalaman halusinasi. Algoritma media ini dirancang untuk memberikan konten serupa dengan yang pernah ditonton pengguna.
Mereka yang suka menonton konten aneh atau menakutkan menganggap hal-hal yang ditontonnya benar-benar ada di dunia nyata. Orang yang rentan atau memiliki masalah kesehatan mental akan mudah mengalami kondisi tersebut. Sebaliknya, orang umum cenderung tidak terpengaruh hal ini.
Sayangnya, penderita gangguan kesehatan mental lebih berpotensi menggunakan media sosial ini karena mereka ragu dan sulit bersosialisasi di dunia nyata.
Perlu diwaspadai
Dikutip dari Breaking News Network, kasus halusinasi akibat tayangan video TikTok dan Reels Instagram tidak terjadi kali ini saja. Seorang wanita lanjut usia terlalu sering menonton video TikTok dan kehilangan kontak dengan kenyataan.
Kasus-kasus ini menunjukkan adanya potensi bahaya penggunaan TikTok yang berlebihan. Selain itu, algoritma media tersebut membuat otak kecanduan.