Oleh Alfi Sahrina, M. Ainul Labib, Galih Fajar Sukoco, M. Rafif Fadihilah, Ilham Adenan Hidayatullah
Desa Srigonco berada di daerah bentangalam karst yang sebagian besar merupakan batuan gamping. Desa Srigonco memiliki geodiversitas dengan tatanan geologi tersusun atas 2 formasi yaitu formasi Wonosari (Tmwl) dan Alluvium (Qa). Formasi Wonosari (Tmwl) tercermin dengan berkembangnya kawasan karst dan Alluvium (Qa) berupa adanya endapan material di sekitar sungai. Selain itu, terdapat kenampakan kepesisiran yang terbentuk dari proses marine di bagian selatan Desa Srigonco. Kondisi fisik, sosial dan budaya Desa Srigonco menjadi hal yang menarik untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut untuk mengetahui potensi wisata Desa Srigonco.
Tim peneliti dari Departemen Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang yang diketuai oleh Alfi Sahrina, S.Pd., M.Pd berkolaborasi dengan pemerintah Desa Srigonco melakukan identifikasi terhadap kondisi bentangalam yang ada di Desa Srigonco. Identifikasi ini dilakukan melalui survey lapangan untuk mendapatkan data lebih detail terkait potensi wisata dari bentangalam yang ada di Desa Srigonco. Dari identifikasi yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa Desa Srigonco memiliki kenampakan alam diantaranya pantai, gua, ponor, telaga, sumber mataair, air terjun, sungai, dan area hutan lindung yang dapat dijadikan sebagai area konservasi.
Selanjutnya, gua dan ponor terdistribusi secara mengelompok di bagian tengah Desa Srigonco. Selanjutnya kenampakan alam berupa pantai terletak di bagian selatan Desa Srigonco yang memanjang mulai dari Pantai Balekambang sampai dengan Pantai Pesanggrahan. Untuk mataair dan telaga yang terdapat di Desa Srigonco terdistribusi secara menyebar. "Dari kenampakan alam yang telah teridentifikasi, diperlukan analisis objek yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu tempat wisata di Desa Srigonco", ungkap Didit Puji Leksono Kepada Desa Srigonco.
Hasil identifikasi bentangalam yang terdapat di Desa Srigonco sebagian berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Seperti adanya gua dapat dikembangkan sebagai wisata minat khusus, contohnya wisata susur gua. Selanjutnya adanya sungai dan air terjun berpotensi dikembangkan sebagai wisata tirta. Adanya hutan lindung dapat dikembangkan sebagai eduwisata yang mengarah pada keanekaragaman hayati (biodeversitas) dan konservasi. Adanya kawasan pesisir dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi wisata pesisir yang inovatif. "Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan, diharapkan dapat menjadi input bagi pengambilan kebijakan khususnya yang mengarah pada pengembangan wisata di Desa Srigonco", ungkap Alfi Sahrina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H