Pandemi Covid-19 tidak terasa telah berlangsung hampir dua tahun lamanya. Selama dua tahun ini, banyak sekali hal-hal yang telah mengalami perubahan dengan sangat signifikan. Salah satu dari hal tersebut adalah dalam bidang pendidikan. Pendidikan, baik dari pendidikan dini hingga pendidikan tinggi terkena efek atau imbas dari pandemi yang terjadi. Perubahan cara pembelajaran yang berbeda, membuat semua pihak terkait (murid, mahasiswa, guru, dosen, bahkan orang tua) harus cepat beradaptasi dengan kondisi yang ada. Untungnya, pandemi terjadi pada masa sekarang, dimana teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang dengan sangat pesat. Sehingga, pendidikan pun mengikutinya dengan memanfaatkan penggunaan teknologi ini, yakni dengan adanya pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh.
Namun permasalahannya adalah sudah hampir dua tahun kondisi seperti ini dijalankan. Dalam pendidikan, banyak perubahan yang terlihat semenjak adanya pembelajaran daring atau jarak jauh ini. Hal negatif banyak menjadi sorotan masyarakat, seperti menurunnya moral anak, anak hanya terfokus pada gadget, belajar asal-asalan, bahkan penurunan pemahaman pengetahuan pelajar pada saat ini. Dilihat dari sisi sosial anak pun, mereka sudah terlalu jenuh untuk melakukan aktivitas dari rumah saja, tidak dapat bersosialisasi dan bermain secara langsung dengan teman sebayanya. Kondisi psikologis dan sosial anak terpengaruhi dengan sistem seperti ini.
Dua tahun sudah berlalu, pandemi mulai dianggap tidak terlalu menyeramkan lagi bagi beberapa orang, karena program vaksin yang telah dilaksanakan sudah cukup baik. Akhirnya, pembelajaran tatap muka terbatas pun mulai dicanangkan dan dilaksanakan. Perlahan tapi pasti, pembelajaran sistem ini dilakukan di berbagai daerah di Indonesia.Â
Respon positif dan negatif berhamburan terkait hal ini. Dilihat dari sudut pandang manapun, maka tentu dapat terlihat dampak positif maupun negatif dari kebijakan pembelajaran tatap muka terbatas yang dilaksanakan. Kritikan mulai muncul lagi, hingga menyebut kata "terlalu memaksakan" untuk dilaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas, karena apa? Karena beberapa sekolah, masyarakat, bahkan anak/pelajar tersebut juga belum siap dalam menjalankan hal-hal yang diaturkan. Pelanggaran protokol kesehatan banyak terjadi, bahkan terdapat cluster baru di sekolah-sekolah tersebut.
Dari sudut pandang setiap orang, pembelajaran daring maupun pembelajaran tatap muka terbatas tentunya memiliki kelebihan dan kelemahannya tersendiri. Perlu adanya perhitungan yang tepat dalam menjalankan kebijakan yang ada. Pemerintah juga perlu mempersiapkan dengan matang, melihat kondisi dan keadaan yang ada di daerahnya masing-masing. Selain itu, sekolah dan masyarakat memiliki andil yang cukup besar untuk terlaksananya kebijakan dengan baik, perlunya saling mengingatkan dan siap dengan konsekuensi yang akan diterima. Begitu pula, yang terpenting bagi anak atau pelajar yang menjalankan pendidikan pada masa pandemi ini, baik itu pembelajaran daring maupun pembelajaran tatap muka terbatas, pelajar perlu yang namanya belajar dengan sungguh-sungguh, semaksimal mungkin yang mereka bisa lakukan. Sehingga nantinya baik pembelajaran dilakukan daring ataupun tatap muka terbatas, pendidikan di Indonesia tetap berjalan baik dengan para pelajar hebat yang selalu berjuang untuk pendidikannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H