Mereka berbelok arah. Memasuki daerah yang cukup sepi dari pusat wilayah ini. Hanya pepohonan dan tanaman rambat yang memenuhi.
Jasmine memarkir mobilnya sedikit masuk ke dalam jalanan. Agar tak menghalangi kendaraan yang lewat karena jalan sempit.
" Ayo ", ajak Jasmine.
Mereka semakin masuk ke dalam hutan kecil itu. Berjalan dengan sedikit mengangkat kaki karena tanah basah setelah hujan.
Hingga Jasmine berhenti pada dibawah pohon yang cukup besar. Sisa-sisa garis polisi masih ada disana. Bahkan bekas dari pisau di batang pohon itu masih jelas. Satu dua bercak darah ikut menghiasi pula.
" Apakah ini ada dalam kasus terbaru? ", tanya Daniel memastikan.
Jasmine menggeleng.
" Ini terjadi tiga bulan yang lalu. Seorang siswa dari SMA Hanlim yang terkenal itu, dibawa dan dibunuh disini "
Jasmine menunjuk sebuah kantung plastik hitam disana. Ditahan oleh batu besar agar tak terbang saat angin kencang.
" Kantung plastik itu sebenarnya berisi dokumen penting milik korban. Dokumen tentang dirinya yang menandatangani kontrak, sebagai seorang trainee di salah satu agensi besar "
" Dia seorang pemagang? "
Jasmine mengangguk.
" Akan. Jika ia tak dibunuh malam itu "
" Ia ditemukan hari itu juga, seonsaengnim? "
" Tidak. Mungkin sekitar satu minggu sejak laporan kehilangan dari keluarganya "
" Satu minggu? ", tanya Daniel memastikan, matanya terbuka lebar.
" Jangan seperti itu, aku merasa gagal menjadi detektif karena kasus ini. Juga kasus akhir-akhir ini "
" J-jweisonghamnida "
Hahaha.
" Tak apa Daniel, santailah. Kau sudah kuanggap adik, jadi tak usah sungkan padaku "
Hehehe.
Kekeh Daniel memamerkan sisi menggemaskannya.
" Baiklah. Ayo, kau mulai kuliah satu jam lagi ", ajak Jasmine kembali setelah mengecek jam tangannya.
----
Segerombolan polisi telah memenuhi tempat kejadian. Lagi-lagi ada seorang mayat tergeletak disana.
Kali ini, ia diketahui sebagai ketua basket salah satu Universitas terkenal di Korea Selatan. Membuat sekeliling tempat itu juga penuh akan teman, atau penggemarnya yang berbela sungkawa.
Jasmine juga Daniel sudah ada disana.
Jwsmine yang disana sebagai seorang detektif, juga Daniel yang menjadi seorang wartawan.
" Kau sudah merekamnya? ", tanya Daniel pada rekan kerjanya.
" Sudah. Sudah bagus semuanya "
Daniel mengangguk. Lalu menghampiri Jasmine yang menjauh, tengah berbincang dengan seorang polisi yang lebih tua darinya.
" Atau kau akan kupecat malam ini juga! "
Refleks Daniel bersembunyi dibalik pohon.
" S-saya mohon beri saya waktu, saya akan berusaha secepat mungkin mengusut siapa saja pelaku pembunuhan ini- "
" Dan kau berhutang empat belas kasus pada seluruh masyarakat hari ini, Han Jasmine-ssi! "
" S-saya tahu- saya mohon, beri saya waktu. Saya akan segera mengungkap pelakunya lewat bukti-bukti yang ada "
" Kau tak tau malu! ", teriak polisi tua itu.
Daniel perlahan memutari pohon untuk bersembunyi. Saat Kepala Kepolisian tadi meninggalkan Jasmine yang tengah menenangkan dirinya.
Ia mengintip sebentar. Lalu menghampiri Jasmine.
" Seonsaengnim! "
Gadis itu mendongak.
" O- Daniel-ssi "
" Maafkan saya, saya mendengar- "
" Tak apa. Maafkan aku telah membuatmu mendengar itu "
" Anda baik-baik saja? "
Jasmine tersenyum.
Lalu mengangguk singkat.
Daniel ikut tersenyum lega.
" Mungkin pak kepala sedang emosi karena kasus baru lagi. Tak apa, Anda harus bisa memaklumi nya "
" Ya~ Dan ini karena keterlambatanku dalam mengusut semua kasusnya "
" Ayo kita kembali, Anda harus memberikan penjelasan pada kamerawan saja jika ia mengeluh "
Jasmine terkekeh, sembari memukul bahu Daniel pelan. Membuat lelaki itu ikut terkekeh kecil.
" Maafkan aku, ayo "
Keduanya melenggang, melewati tempat kejadian yang semakin dipenuhi orang-orang penasaran. Dan sesekali Jasmine berbicara dengan rekannya, memberi tahu, atau diberi tahu tentang apa-apa di dalam kasus ini.
Daniel yang telah menyelesaikan wawancaranya dengan Jasmine, polisi lain, juga masyarakat yang datang.
Berpamitan. Harus segera melapor pada pihak kantor karena acara live nya berhasil dengan baik.
Satu persatu orang meninggalkan tempat kejadian. Kecuali beberapa polisi, juga Kepala Kepolisian yang memang sengaja tinggal.
Melihat kinerja tim Seoul yang dianggap lambat. Padahal saat NIS ikut turun tangan juga tak ada sesuatu yang ditemukan.
Entah mereka memang lelet. Atau karena si pelaku yang memiliki koneksi dalam cukup jelas.
---
" Jasmine! Jasmine! Bangun! "
Jasmine membuka paksa matanya. Tertidur di meja kerjanya lagi malam ini.
" Pak Yoongwon dibunuh! "
" MWO?!! "
Jasmine dan rekannya langsung ke tempat kejadian. Belasan aparat kepolisian terdekat sudah disana semuanya.
" Oh Tuhan, tolong lindungi negara kami ", lirih seorang wanita paruh baya yang juga melihat.
Jasmine mendekat. Melihat tubuh Kepala Kepolisian itu sudah tak bernyawa lagi. Mayatnya tergeletak begitu saja, dengan kedua mata yang terbuka lebar seolah terlihat jelas jika ia mati dibunuh.
" Bagaimana keadaannya? ", tanya Jasmine pada salah satu anak buahnya.
" Hanya satu tusukkan tepat dijantung, juga- lidahnya yang dipotong, seonsaengnim "
" Oh Tuhan... ", lirih Jasmine memejamkan matanya sejenak. Sungguh kacau dirinya dibuat oleh para pembunuh tak berwajah itu.
Jasmine memerintahkan tubuh Yoongwon untuk dibawa ke rumah sakit, agar di autopsi agar lebih jelas kejadiannya.
" Jasmine-ssi "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H