Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Enam Tips Menghindari Penipuan Kartu Kredit di Era Digital

10 Februari 2023   00:41 Diperbarui: 10 Februari 2023   16:14 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal mula mempunyai kartu kredit berasal dari tawaran marketing bank yang juga sebagian dari fasilitas perbankan. Apalagi setelah menikah saya juga diberikan kartu kredit milik suami untuk dipakai dalam kesehariannya. Sehingga dalam transaksi tiap harinya tidak jauh dari kartu kredit.

Nah, yang memiliki kartu kredit tersebut juga orang-orang pilihan, karena jika saldo kartu debit per bulan di bawah standar rata-rata, atau pun nama seseorang itu jelek di BI (Bank Indonesia), hal itu membuat ia tidak tidak dapat diberikan fasilitas kartu kredit tersebut oleh banyak bank.

Hingga saat ini untuk kartu debit saya punya lima buah (dari beberapa bank), sementara untuk kartu kredit ada dua buah (dua bank berbeda). Itu kartu-kartu tadi atas nama saya semua, belum lagi kalau ditambah milik suami pastinya lebih banyak.

Debit card and credit card saya, gambar disamarkan melindungi privasi (document pribadi)
Debit card and credit card saya, gambar disamarkan melindungi privasi (document pribadi)
Kebanyakan kartu debit saya untuk menabung, dan saya menabungnya itu dibedakan satu dengan yang lainnya. Misalnya nabung untuk renovasi rumah, untuk investasi, untuk pendidikan, dan lain-lain, sehingga jumlah kartu debitnya banyak.

Sementara untuk transaksi keseharian seperti belanja ke swalayan atau membeli makanan via ojek online memakai kartu kredit, yang juga untuk pengeluaran tersebut dibayar suami semua, karena itu juga cara suami menafkahi saya tiap bulannya.

Baca juga: Transaksi Credit Card Membuat Uang Saya Aman dari Tuyul

Sebagai pengguna kartu kredit selama beberapa tahun ini membuat saya lebih waspada dengan banyaknya penipuan yang mengatasnamakan bank tertentu. Karena hampir tiap hari saya selalu di telepon nomor asing yang tidak saya kenal, dan kalau diangkat, obrolannya mengarah pada penipuan.

Makanya sudah sejak lama saya tidak pernah angkat banyak telepon masuk, saya biarkan saja sampai deringnya selesai. Dan yang saya angkat teleponnya hanyalah yang sudah ada di kontak HP saja, sementara untuk semua nomor baru tidak saya angkat/abaikan saja.

Telepon asing yang masuk ke ponsel tidak pernah saya angkat (document pribadi)
Telepon asing yang masuk ke ponsel tidak pernah saya angkat (document pribadi)
Bukan hanya di telepon, tapi di SMS kadang juga whatsapp, sering diberikan link yang suruh klik dengan drama penipuan, yaitu antara drama tentang musibah keluarga, atau pun drama mengenai undian berhadiah.

Maka dari itu kali ini saya juga ingin berbagi pengalaman mengenai beberapa cara untuk antisipasi alias tips untuk menghindari penipuan kartu kredit di era modern/digital. Saya sendiri bersyukur tidak pernah sampai tertipu dengan penipuan tersebut, hanya kali ini berbagi pengalaman untuk meningkatkan kewaspadaan.

Pertama, Abaikan nomor kontak yang tidak dikenal.

Sama seperti yang sudah dibahas di atas, bahwa kontak yang tidak ada dalam ponsel kita itu rawan untuk kita angkat karena ditakutkan akan menggiring kita pada penipuan. Yang namanya orang tertipu itu awalnya tidak sadar, jadi untuk antisipasi lebih baik jangan diangkat. Logikanya jika memang ada orang terdekat punya keperluan ke kita, jika tidak diangkat teleponnya pasti akan SMS atau whatsapp.

Termasuk kita juga bisa cek nomor-nomor baru tersebut yang menelepon berbahaya atau tidak lewat sebuah aplikasi yang tidak bisa saya sebutkan di sini karena mengandung iklan. Sehingga dengan sebuah aplikasi di playstore android itu untuk mendeteksi nomor telepon tersebut orang-orang lain menamai di kontaknya apa saja seperti penipu atau lainnya, juga dapat membantu kita untuk identifikasi nomor ini ini berbahaya/spam/penipuan atau tidak.

Kedua, Jangan informasikan pada siapapun mengenai kode CVV/CVC kartu kreditmu.

Kode CVV/CVC itu adalah tiga digit nomor yang ada di belakang kartumu. Biasanya kode ini akan dipakai untuk konfirmasi semacam password untuk pemakaian kartu kredit kita saat belanja online.

Makanya banyak orang yang tertipu di sini biasanya, yaitu dengan mudahnya memberikan nomor kartu dan kode CVV/CVC tersebut pada orang yang tidak dikenal, padahal itu kode sangat rahasia dan dapat merugikan jika diketahui oleh pencuri/penipu.

Ilustrasi from Freepik/songsak
Ilustrasi from Freepik/songsak

Ketiga, Menutup kode CVV/CVC dengan selotip.

Dengan menutup tiga kode yang ada di belakang kartu kreditmu dengan selotip, dapat meminimalisir agar kode CVV/CVC tersebut tidak mudah diketahui oleh orang lain. Sehingga tahu nomor kartunya saja tapi tidak tahu kode CVV/CVC nya juga percuma tidak dapat digunakan untuk bertransaksi online.

Tapi kalaupun kamu sudah menutup dengan selotip, pastikan kamu juga sudah menghafal kodenya, daripada kamu buka tutup selotip karena lupa terus, jadi pastikan sebelum kamu tutup kode CVV/CVC nya dengan selotip, kamu dapat menghafal tiga angka tersebut untuk transaksimu selanjutnya.

Keempat, Belanja di situs online terpercaya dengan jaringan pribadi.

Belanja di situs online terpercaya ini mempunyai manajemen yang jelas dan sudah banyak macamnya di aplikasi playstore android. Hanya untuk bertransaksi alias belanja online, disarankan untuk memakai jaringan pribadi. Jaringan yang dimaksud adalah data celular dan bukan wifi publik, karena kalau wifi publik itu sifatnya mudah diretas dan berbahaya.

Kelima, Jangan pernah klik fake link.

Fake link ini biasanya dikirimkan melalui SMS atau whatsapp, bahkan ada juga yang dapat dikirimkan ke email kita.

Kebanyakan penipuan itu isinya itu yang berbuah manis, seperti undian berhadiah yang mengatasnamakan bank tertentu. Kita diarahkan untuk klik fake link tersebut agar kita terjebak dalam form palsu untuk mencuri identitas kita, termasuk data-data rahasia mengenai kode perbankan yang akhirnya akan diretas oleh penipu tersebut.

Keenam, Jangan mudah percaya dengan nomor menyerupai sebuah bank.

Seandainya kamu memakai bank "A", kemudian bank "A" itu kan ada nomor resmi untuk menghubungi customer service.

Misalnya nomornya 0001001. Kemudian ada nomor telepon yang masuk dan menyerupai nomor tersebut seperti 0010001. Di situ ada sedikit perbedaan angka jika kita teliti, tapi pada intinya mereka para penipu memang selalu mempunyai celah untuk mengelabui kita yang tidak teliti.

Atau terkadang mereka para penipu mempunyai sistem yang dapat langsung memunculkan nomor telepon dengan menggunakan nama bank "A" sedang memanggil. Jadi yang muncul itu adalah nomor baru tapi sudah ada namanya bank "A" sedang memanggil gitu di layar HP mu. Nah, di situ patut dicurigai dan jangan termakan obrolannya, bahkan kalau bisa tidak perlu diangkat.

Yang pasti untuk menentukan undiah berhadiah, pastinya perbankan itu akan mengumumkan di media sosial atau website resminya. Sehingga sering cek & ricek kebenaran juga lewat media sosial atau website resmi perbankan tersebut untuk menghindari penipuan atas nama undian berhadiah. 

Jika masih ragu tentang undian berhadiah sebuah bank, kamu bisa ke kantor cabang bank tersebut yang terdekat di areamu. Kemudian tanyakan untuk memastikan undian berhadiah tersebut. Jangan malu bertanya daripada sesat di jalan (kena tipu).

***

Jadi itu lah enam tips dari saya untuk menghindari penipuan kartu kredit. Tapi meskipun konteksnya ini untuk kartu kredit, bukan tidak mungkin bahaya penipuan itu juga berlaku untuk semua pemegang kartu debit.

Intinya tips di atas berlaku universal bagi pengguna kartu debit maupun kredit, tetap waspada dan jangan lengah dalam menghadapi penipuan perbankan seperti ini di era digital yang makin meresahkan.

Salam, @Alfira_2808

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun