Berawal dari saya jomblo pada Februari 2017, kemudian saya dekat seseorang yang tidak lain adalah kakak kelas saya di campus. Kita berdua dekat selama beberapa waktu, dan akhirnya pada April 2017, kita pun resmi pacaran.
Dan dari sinilah petualangan film bioskop dimulai.
Bermula dari saya sendiri yang dalam peraturan keluarga tidak diperbolehkan keluar jalan-jalan bersama seorang pria. Alhasil tiap rindu, selain di campus, pacar saya juga menemui di rumah, tapi tidak keluar jalan-jalan.
Lantas, karena sudah beberapa bulan ia sering main ke rumah, akhirnya lam-lama pacar saya dekat dengan orang tua. Kemudian diberikan wejangan lengkap kalau tidak boleh macam-macam di luar dan lain-lain.
Hingga akhirnya kita berdua diperbolehkan jalan-jalan berdua oleh orang tua.
Namun, diperbolehkan jalan berdua tersebut ada batas waktunya, yaitu hanya tiga sampai empat jam saja. Misalnya jemput saya jalan/keluar pagi, berarti siang sudah harus pulang. Sementara kalau jemput saya jalan/keluar siang, sore sudah harus pulang alias sampai rumah kembali.
Nah, dengan batas waktu tersebut yang hanya tiga sampai empat jam saja, lantas kita berdua mau jalan kemana?
Mau ke alam, ya tidak bisa karena memakan waktu di perjalanan. Mau ke wisata-wisata lain juga tidak bisa karena waktunya yang minim.
Alhasil pacar saya dulu punya ide kalau bagaimana waktu jalan tersebut dibuat nonton film bioskop saja, karena film bioskop rata-rata durasinya hanya 1,5 sampai 2 jam saja. Nanti sisanya bisa buat makan bentar, terus pulang.
Nah, dari situlah timbul semacam kebiasaan kita yang tidak sengaja untuk membuat hobi baru di keseharian yaitu nonton film bioskop. Yang jelas film itu tayangnya di bioskop ya, bukan film bioskop yang sudah turun dari layar lebar kemudian kita nonton di platform lainnya.
Kebiasaan kita saat masih pacaran tersebut faktor batasan waktu yang diberikan orang tua untuk bisa keluar jalan bareng terbawa sampai kita nikah.
Padahal sebelum pacaran, kita berdua juga sama-sama tidak mempunyai hobi nonton film, sehingga hobi baru tersebut memang tercipta saat kita berdua mulai pacaran 2017 lalu.
Dulu saat masih pacaran di tahun 2017 sampai 2019, kita kalau nonton film bioskop paling dua minggu sekali, itu pun hanya satu film saja. Sementara setelah kita menikah di tahun 2020 ke atas, saya dan suami hampir tiap minggu (hari Sabtu) selalu nonton sebanyak dua film bioskop.
Setelah menikah waktu kita berdua lebih leluasa untuk bersama dan tidak ada batasan dari orang tua lagi. Kita bisa keluar jalan pagi/siang/sore/malam, bahkan tidak pulang pun tidak masalah, wong sudah sah.
Hanya sayangnya saat saya usai nikah di awal tahun 2020 tersebut, tiba-tiba ada pandemi covid-19, sehingga bioskop pun tutup total di tahun 2020, yang membuat kita di rumah saja dan koleksi tiket bioskopnya minim.
Hingga tahun 2021 secara perlahan bioskop mulai buka lagi walau tidak sesempurna yang diharapkan mengenai penayangan film baru, terlebih rilisan film Indonesia yang masih jalan di tempat.
Kita tahun 2021 juga tetap nonton film bioskop tiap hari Sabtu tersebut walau film yang ditayangkan di bioskop rata-rata film baru rilisan dari mancanegara.
Barulah tahun 2022 ini pun bioskop Indonesia sudah berjaya kembali dari covid-19 dengan dibuktikan perilisan film lokal yang sudah mulai gencar diedarkan tayang di bioskop. Sehingga koleksi tiket film bioskop saya selama tahun 2022 sangat lengkap, karena sudah satu tahun penuh menonton sebanyak dua film di bioskop di tiap minggunya.
Kenapa saya koleksi tiket bioskop?
Alasannya berawal dari pacar saya juga yang dari dulu memang tidak suka untuk membuang tiket apa pun yang telah kita lalui.
Misalnya kita berwisata ke tempat apa, kemudian tiketnya tidak boleh dibuang dan suruh disimpan. Termasuk tiket pesawat saya yang bulan madu ke Bali dulu juga masih ada sampai sekarang tersimpan dengan rapi.
Asyiknya koleksi tiket bioskop ini bagi saya juga adalah semacam kenangan indah atas perjalanan hidup yang telah kita lalui bersama dengan pasangan. Sehingga nanti juga bisa saya ceritakan dan buktikan pada anak cucu tentang hobi dua sejoli ini yang menggilai film layar lebar.
Apalagi ketika melihat kenangan satu persatu tiket tersebut, rasanya itu kita terbawa untuk kembali ke masa itu, memori perjalanan suka cita yang indah bareng dengan pasangan dapat dirasakan kembali dan membuat merinding.
Berikut dokumentasi koleksi tiket bioskop saya dari tahun 2017 sampai sekarang/menayangkan artikel ini:
Nah, sekarang kita berbicara mengenai penyimpanan dari tiket bioskopnya. Karena tiket bioskop itu kan berbahan kertas yang sangat rentan untuk disimpan dalam rumah yang lembap.
Dengan kondisi rumah saya yang lembap tersebut faktor ada di area dataran tinggi/pegunungan, sehingga untuk menyimpan banyaknya tiket film bioskop ini pun juga harus diperhatikan agar awet dan tidak mudah rusak atau hilang tulisannya di tiket film bioskop tersebut.
Soalnya pengalaman saya dulu sekitar tahun 2017 dan 2018, saya menyimpannya sembarangan di sebuah kotak kardus, yang akhirnya beberapa tiket film bioskop tersebut menjadi hilang tulisannya seperti judul film apa, jam berapa, kursi nomor berapa, nonton dimana, dan lain-lain.
Alhasil sekitar tahun 2019, saya pun membeli sebuah kotak berbahan plastik untuk saya pergunakan menyimpan tiket-tiket film tersebut. Dan bukan hanya itu, tapi dalam kotak tersebut juga saya bedakan tiketnya per tahun, kemudian masih saya bungkus lagi dengan plastik kiloan agar lebih awet lagi dari suhu udara yang dingin/lembap.
Dengan cara menyimpan seperti itu lah yaitu dimasukkan kotak plastik, kemudian masih dibungkus plastik kiloan lagi, koleksi tiket bioskop saya tetap aman dari kerusakan bahan kertas, dan bisa dilihat sewaktu-waktu dengan jelas meski sudah bertahun-tahun lalu.
Selain itu untuk meminimalisir lupa alias kerusakan pada koleksi tiket-tiket film bioskop tersebut, saya menolak lupa dengan cara mendata film apa saja yang sudah saya tonton selama bertahun-tahun tersebut.
Saya mendata secara manual via buku tulis yang saya buatkan form seperti di atas, sehingga tidak akan lupa mengenai judul film yang sudah ditonton, hari & tanggal, jam berapa, studio berapa, kursi nomor berapa, harga tiket saat itu, menonton di bioskop apa, hingga lokasi/area dimana saat dulu menonton film-film tersebut.
Yang pada akhirnya saya juga menyalin data di buku tersebut via Microsoft Excel (soft file) untuk berjaga-jaga suatu kehilangan data dari fisik tiket bioskopnya maupun pembukuan manual dari tiket film bioskop tersebut.
Nah, untuk lebih lengkap/jelasnya, saya juga menjelaskan dalam bentuk video. Simak ulasannya pada video di bawah ini:
Salam, @Alfira_2808
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI