Contohnya begini, saat di kampus menjadi mahasiswi baru pastinya disuruh perkenalan mengenai biodata kita, termasuk kesibukan lainnya selain kuliah.
Nah, disitu ketika kita memperkenalkan diri sebagai penyiar radio, dosen & teman-teman satu kelas masih menganggap profesi itu dengan kata "wah alias wow".
Yang dimaksud wah alias wow disini bukan berarti jabatan yang diidam-idamkan banyak orang, melainkan setidaknya stratanya masih satu tingkat lebih tinggi daripada hanya buruh pabrik biasa di perusahaan.
Apalagi menjadi penyiar juga mempunyai audisi dengan bakat, dan hanya orang-orang pilihan/tertentu yang beruntung menyalurkan bakatnya juga berkecimpung di dunia ini.
Sehingga profesi penyiar radio masih sangat dihargai dan seringkali diistimewakan antar golongan tersebut.
Keempat, menjadi penyiar radio adalah hobi yang dibayar.
Pasti kamu pernah merasa ogah-ogahan masuk kerja lagi usai hari libur. Hal tersebut disebabkan timbangan duka citanya lebih berat daripada sukanya, sehingga berasa kalau sedang bekerja.
Sementara menjadi penyiar radio memang juga sama-sama kerja, hanya saja timbangan suka citanya lebih berat daripada dukanya, sehingga tidak berasa kalau sedang bekerja.
Bagi penyiar radio semua hari itu sama saja, bahkan selalu bersemangat menjalani rutinitas tersebut dan tidak ingin absen jika tidak ada kepentingan mendesak.
Karena saat kita absen alias tidak masuk kerja, entah karena sakit atau cuti, pasti selalu ada penggemar yang mencari dan menanyakan keberadaan kita yang hilang dari peredaran.
Rasa dimiliki dan dibutuhkan oleh penggemar radio itu lah yang menyemangati kita para penyiar untuk selalu tidak pernah absen dan bosan dalam bekerja.