Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Direktur Musik, Penyiar Radio

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Semangat Ibuku Melawan "Diabetes" Agar Tetap Melihatku Dewasa dan Bahagia

19 Desember 2022   17:18 Diperbarui: 20 Desember 2022   11:09 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret saya dan ibu, diambil saat saya Wisuda S2 Management, pada 05 Juni 2021 lalu (document pribadi)

"Hi mom.. stay with me, in here forever. I need you and I love you so much"

Sejak pertama ibuku positif diabetes melitus (kencing manis) tahun 2010 lalu, saya kira waktu saya sudah tidak lama bersama dengan beliau di dunia ini.

Mengingat banyak orang yang positif diabetes juga usianya tidak lama, disebabkan pola makan-makanan manis yang tidak terkontrol dalam kesehariannya.

Namun syukurlah, meskipun beberapa kali dalam kurun waktu 12-13 tahun lalu menderita diabetes dan sudah beberapa kali terjadi komplikasi sakit lainnya, syukurlah ibuku masih bersamaku hingga saat ini.

Ingin sekali rasanya ditemani ibuku sampai tua nanti.

Mengingat usia ibuku saat ini masih 50 an (56 tahun), tapi dengan kondisi sakit yang diderita, rasa was-was & khawatir selalu muncul akan kondisi yang tidak stabil dan Tuhan mengambilnya sewaktu-waktu.

Ya, dalam hal ini saya mohon doanya ke semua kompasianer agar ibu saya sehat selalu sampai nanti hingga tua bersama.

Saya juga sudah beberapa kali berbagi pengalaman mengenai penyakit diabetes, juga pengalaman mengenai keturunan merawat ibu yang sakit diabetes.

Dua artikel tersebut mengenai semangat ibuku melawan diabetes, dapat dilihat (klik) pada link di bawah ini:

1. Kisah Perjuangan Ibunda Tetap Semangat dari Diabetes

2. Pengalamanku (Merawat) Menjadi Keturunan Diabetes

Selain menjaga pola makan untuk diri sendiri dengan totalitas tidak makan-makanan manis lagi, beliau juga selalu minta do'a ke saya agar kesehatannya tetap stabil dan dapat menemani saya hingga nanti.

Beliau juga sering bercerita bahwa semangatnya melawan diabetes tersebut hanya ingin melihatku tumbuh dewasa, menikah, hingga merawat cucu/anak dariku kelak.

Sebaliknya untuk menjaga dan merawat ibunda yang sakit diabates ini, saya selalu menjadi dokter pribadi untuknya.

Baik itu untuk mengambil sampel darahnya untuk di tes kadar gula lewat jari telunjuk tangannya tiap bulan, maupun memberikan insulin dengan menyuntikkan cairan tersebut di lengan tangannya setiap hari sebelum tidur malam.

Begitulah suatu rutinitas yang menurut saya romantis antara saya dan ibu, karena kenangan merawat ibu yang sakit diabetes ini adalah kenangan yang sangat berharga di masa depan.

Potret saya dan ibu, saat antri kontrol di Rumah Sakit beberapa waktu lalu (document pribadi) 
Potret saya dan ibu, saat antri kontrol di Rumah Sakit beberapa waktu lalu (document pribadi) 

Dengan kondisinya tersebut saya juga sering mengajak beliau untuk pergi liburan, karena bukan hanya makanan, tapi juga pola pikiran perlu dijaga dengan refreshing agar tetap segar dan tidak terlalu memikirkan beban kehidupan.

Namun, ibu selalu tidak mau diajak liburan.

Padahal beliau sebenarnya mau, sebenarnya juga ingin.

Tapi di balik semua itu, seorang ibu juga memikirkan tentang kehidupan yang ada di rumahnya.

Seperti masih mikirin keluarga, nanti kalau liburan agak jauh sampai menginap, yang masakin keluarga lainnya di rumah siapa, yang nutupin pintu dan jendela rumah siapa, dan lain-lain.

Ya bisa saja saya ajak sekalian semua keluarga liburan, tapi beliau tetap tidak ingin.

Karena masih menghawatirkan tanaman-tanaman di kebun, masih memikirkan hewan-hewan peliharan juga ternak, dan lainnya yang merawat dan memberikan makan siapa kalau ditinggal bepergian semua.

Sampai segitunya seorang ibu memikirkan hal-hal yang ada dalam rumah tanggannya.

Bukan hanya keluarga seperti ayah atau nenek atau juga saudara yang ia pikirkan, melainkan sampai hewan dan tumbuhan pun ia juga memikirkannya.

Luar biasa.!!

Sangat jauh berbeda sih dengan saya yang kalau weekend selalu hilang dari peredaran rumah dan nimbrung di bioskop mulu, serasa tiada beban apapun. Hehe

Graduation Ceremony, Me & friends (document pribadi)
Graduation Ceremony, Me & friends (document pribadi)

Paling mengesankan juga sosok ibu bagi saya ini adalah saat saya mau wisuda S2 (Strata-2) pada Juni 2021 lalu.

Saat itu di Indonesia masih belum normal efek dari pandemi covid-19.

Sehingga untuk wisuda S2 tersebut juga yang hadir baik itu mahasiswa/i pascasarjana yang wisuda maupun keluarga yang hadir harus memiliki kelengkapan berkas dengan cara tes antigen dan negatif dari covid-19.

Sementara dari pihak keluarga yang hadir dibatasi per mahasiswa/i adalah dua anggota keluarga saja.

Dan saya pun berharap kedua orang tua saya dapat hadir dalam acara tersebut.

Tapi rupanya ayah saya menolak datang, karena takut tes antigen yang dalam prosesnya alat tersebut dimasukkan ke dalam hidung dengan sangat dalam.

Beliau tidak siap dengan itu..

Alhasil harapan saya ke ayah pupus, dan berharap ada di ibu yang dapat hadir.

Awalnya ibu menolak hadir juga karena alasan sama yaitu takut tes antigen semacamnya.

Apalagi jika hadir di acara tersebut ditakutkan tertular covid-19 yang menyebabkan komplikasi berbahaya lainnya terhadap kesehatannya, mengingat ibu juga mempunyai penyakit bawaan/kronis yaitu diabetes.

Sehingga saya pun sempat nelangsa, karena dari SMA, S1 & S2 saya mencari biaya sendiri untuk pendidikan. Dan saat momen tinggal hadir saja di wisuda, tapi malah orang tua tidak ada yang bisa hadir di acara wisuda S2 saya tersebut.

Baca juga: Kisahku: Gadis Desa Putus Sekolah, Dinikahkan Dini, tapi Bisa Sukses

Lantas, H-1 sebelum hari wisuda, ibu rupanya berubah fikiran dan antusias untuk hadir di acara wisudaku tersebut.

Beliau bersemangat dan melawan rasa takutnya terhadap tes antigen covid-19, demi dapat menghadiri acara wisuda saya tersebut.

Ibu tidak ingin saya (anaknya) sendirian tanpa orang tua yang hadir.

Beliau juga merasa kasihan ketika mahasiswa/i lainnya usai acara utama, kemudian berfoto semua dengan keluarga, sementara saya sendirian tanpa kehadiran orang tua.

Alhasil ibu melawan rasa takutnya tes antigen covid-19, dan syukurlah proses wisuda lancar hingga di album foto saya juga ada ibunda menemani saya di bingkai wisuda.

Potret bingkai wisuda saya, ibu, and husband yang sama-sama wisuda S2, Juni 2021 lalu (document pribadi)
Potret bingkai wisuda saya, ibu, and husband yang sama-sama wisuda S2, Juni 2021 lalu (document pribadi)

Thank you so much, Mom.

Atas semua pengorbananmu selama ini, atas semua hal yang kau lakukan demi putrimu satu-satunya ini.

Semoga Tuhan selalu melindungimu, memberikanmu kesehatan selalu, dan semua do'a terbaik untukmu.

Happy Mother's day, Mom Amy :)

Regards, @Alfira_2808

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun