Ayam yang dipotong ukuran sangat kecil, ditusuk dengan tusuk bambu, dibakar, ditabur bumbu kacang, yaitu namanya sate.
Lantas, jika ayamnya dipotong kecil-kecil, tidak ditusuk bambu, tidak dibakar tapi digoreng, ditabur bumbu kacang alias bumbu sate, jadinya apa?
1. Ayam Bumbu Sate (Tapi Bukan Sate)
Menjadi bagian dari keluarga besar pengusaha kuliner sate, membuat saya bosan untuk makan sate setiap harinya. Apalagi ketika sate tersebut tidak habis, sehingga daging potongan sate tersebut tidak bisa dibiarkan dalam tusuknya terus-menerus.
Alhasil saya pun mengolahnya dengan cara yang berbeda, yaitu satenya tidak dibakar melainkan digoreng. Bumbu satenya pun juga sama, tidak langsung ditaburkan, melainkan ikut digoreng bersama daging ayamnya juga.
Selengkapnya, yuk simak saya memasaknya secara langsung:
Pertama, kenalan dulu ya. Gambar di atas ini adalah alat untuk menggerus kacang yang sudah digoreng, agar menjadi halus dan digoreng kembali bersama dengan bumbu rahasia para pengusaha sate.
Sementara gambar di atas ini yang dibawah alat penggerus kacang, yaitu bumbu sate yang sudah diolah alias telah matang dan siap untuk ditaburkan pada sate yang sudah dibakar.
Namun dalam hal ini bukan untuk sate, melainkan untuk menggoreng potongan kecil daging ayam dengan bumbu sate.
Saya akan memulainya dari nomor satu seperti gambar di atas, posisi saya membeli daging ayam bagian dada. Karena dada ayam mengandung protein paling tinggi, dibandingkan bagian tubuh ayam lainnya. Apalagi posisi yang lagi diet, sangat tepat jika memilih dada ayam untuk dikonsumsi.
Pada gambar nomor dua, dada ayam tersebut sudah saya potong atau sisihkan bagian lainnya, seperti kulit ayam, sayap dan tulangnya. Kemudian nomor tiga, proses saya mengiris daging ayam tersebut. Hingga nomor empat, potongan ayam pun siap untuk dimasak.
Nah, di sini potongan ayamnya juga saya samakan seperti akan dibuat sate. Sehingga kita bisa tahu, selain bisa dibuat sate atau dibakar, potongan daging ayam kecil-kecil itu juga bisa dimasak dengan cara yang berbeda.
Seperti pada gambar nomor satu, di situ rebus terlebih dahulu potongan ayam kecil-kecil tadi agar kondisi dagingnya bisa matang keseluruhan meski belum digoreng. Hal itu dilakukan karena ketika digoreng terkadang yang matang bagian luarnya saja, sementara bagian dalamnya kurang matang. Jadi dengan cara direbus terlebih dahulu ini agar dagingnya sudah matang, dan ketika digoreng hanya fokus pada perubahan warna dagingnya.
Saat merebusnya hanya sekitar lima menit saja cukup dengan api penuh untuk ayam broiler. Tetapi jika memakai ayam kampung, proses direbusnya lebih lama sekitar 30 menitan. Hal itu karena tekstur daging ayam broiler dengan ayam kampung berbeda.
Selanjutnya nomor dua, waktunya dipindahkan pada penggorengan dengan minyak secukupnya. Kemudian nomor tiga, ketika warna sudah terlihat keemasan, waktunya untuk segera beralih ke nomor empat, yaitu campurkan bumbu satenya tersebut.
Setelah itu beralih ke nomor lima, yaitu dengan menambahkan sedikit kecap dan irisan cabai rawit. Goreng atau aduk-aduk terus hingga warnanya sudah beralih ke cokelat pekat, atau sampai bumbunya bisa merasuk menjadi satu dengan daging ayamnya.
Dan akhirnya seperti pada gambar sudah matang alias selesai. Nantinya tinggal menambahkan nasi saja di piring sebelahnya untuk dihidangkan bersama keluarga.
**
Selain menu ayam, saya dan pasangan sering makan mie instan. Jika melihat dari bungkus mie instannya, terlihat lengkap, seperti ada sayurannya, ada telur ayamnya, dan lain-lain.
Namun dalam kenyataannya tidak selengkap itu varian makanan tambahan di mie instan. Alhasil jika ingin lengkap seperti di bungkus mie instan, ya harus masak sendiri telur ayamnya.
Saya pun dengan pasangan berbeda untuk kesukaan mie instan. Kalau saya suka mie goreng, sedangkan pasangan mie kuah. Sehingga jika ingin ditambahkan telur di mie instannya, cara memasak telurnya pun berbeda.
Kalau di gambar mie instan goreng, terlihat ada telur mata sapi. Tetapi saya sendiri tidak suka telur mata sapi, karena merasa ada yang kurang matang di bagian kuning telurnya. Sehingga saya sering membuat makanan ini yang bisa disebut telur ceplok, tapi bukan mata sapi.
Kemudian untuk gambar mie instan kuah, terlihat ada telur kukus atau telur rebus yang dibelah menjadi dua. Sedangkan saya tidak menyukai hal-hal yang biasa, sehingga saya buatkan pasangan saya telur rebus orak-arik pada mie instan kuahnya.
Sebelum memasak telur, penting juga untuk memastikan telur yang akan dimasak layak untuk dikonsumsi. Cara untuk memastikannya layak atau tidak dengan cara berikut:
Perhatikan dengan seksama gambar di atas, ada tiga telur yang saya uji coba. Lihatlah nomor satu, telur itu tenggelam sepenuhnya. Sementara nomor dua dan tiga, kedua telur itu tidak tenggelam, melainkan mengapung dan memunculkan sebagian kecil bagian atas telur ke udara.
Nah, telur yang tenggelam sepenuhnya adalah telur yang masih segar atau layak dikonsumsi. Sedangkan telur yang mengapung sebaliknya tidak segar lagi atau tidak layak untuk dikonsumsi.
2. Telur Ceplok (Tapi Bukan Mata Sapi)
Dalam menggoreng telur ceplok, hampir sama seperti pada umumnya. Tetapi karena saya tidak suka telur mata sapi, sehingga area kuning telur saat dalam penggorengan, saya orak-arik hingga menjadi satu dengan putih telurnya. Hal itu saya lakukan agar sepenuhnya baik itu putih dan kuning telurnya terjamin kematangannya.
Apalagi untuk para bunda yang sedang hamil, nutrisi dan protein dalam telur sangat baik bagi perkembangan janin, maupun bumil sendiri. Tetapi penting juga untuk memastikan telur yang akan dikonsumsi itu benar-benar matang. Kalau sedikit saja bagian telur yang akan dikonsumsi ada yang tidak matang, itu akan berbahaya bagi janin bunda, karena mengandung bakteri seperti salmonella yang bisa menyebabkan keracunan.
Nah, seperti gambar di atas sudah matang nih telur ceploknya (bukan mata sapi) yang siap dihidangkan di meja makan bersama mie instan. Saya pun juga menambahkan di atas telurnya, yaitu bubuk cabe level 30. Maklum penikmat pedas soalnya. heheheÂ
Oh ya, kalau makan mie instan, tidak perlu ditambahkan nasi lagi ya. Karena satu bungkus mie instan sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dalam tubuh kita untuk beberapa jam berikutnya. Nanti kalau makan mie instan masih ditambah nasi secara rutin, hal itu bisa menyebabkan kita bisa berpeluang besar terkena diabetes.
3. Telur Rebus Orak-arik
Siapkan tempat semacam panci yang biasanya digunakan untuk merebus mie instan. Tuang air secukupnya, sekiranya sama ukurannya seperti menuangkan minyak goreng ke penggorengan (wajan).
Langkah seperti di nomor dua, ceplok telur di tempat tersebut. Kemudian kuning telurnya silahkan di orak-arik menggunakan sendok. Biarkan sekitar 2-3 menit, dan berjagalah di sekitar kompor tersebut. Karena seperti gambar nomor tiga, telur rebus orak-arik itu akan mengeluarkan seperti busa dan meninggikan air di dalam panci tersebut.
Alhasil ketika air atau busa sudah naik, waktunya kecilkan kompor anda, tapi jangan dimatikan dulu. Tunggu beberapa saat seperti instruksi 2-3 menit, setelah itu matikan kompornya.
Hasilnya telur rebus orak-arik tersebut akan menjadi seperti gambar atas yang siap disajikan di meja makan. Tekstur telur rebus ini selalu halus dan cocok dinikmati bersama dengan makanan yang berkuah kental.
***
Nah, itu lah beberapa menu ayam dan telur favorit saya dan keluarga. Mulai dari Ayam Bumbu Sate (Tapi Bukan Sate), Telur Ceplok (Tapi Bukan Mata Sapi) dan Telur Rebus Orak-arik.
Kenapa saya memilih daging ayam dan telur untuk memenuhi nutrisi harian?
Karena menurut dokter yang sudah operasi penyakit saya tahun 2013 lalu, konsumsi daging yang jahat untuk kesehatan itu jika dikonsumsi berlebihan adalah daging merah, seperti kambing, sapi, kerbau, dan lain-lain.
Sedangkan untuk daging putih seperti ayam, itu masih tergolong baik untuk kesehatan. Asalkan konsumsinya yang benar-benar daging juga telurnya, dan bukan kulit hingga jeroan ayamnya.
****
Salam, @Alfira_2808
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H