Halo pecinta film bioskop, apa kabar? Sudahkah nonton film hari ini?
Dari akhir bulan Maret 2020 kita semua harus puasa tidak nonton film secara langsung ke bioskop dikarenakan ada penutupan semua tempat keramaian efek dari pandemi Covid-19 yang memasuki Indonesia.
Sejak bulan Juni 2020 lalu memang Indonesia sudah new normal, namun bioskop masih belum berani untuk buka. Bulan Juli 2020 pun sempat ada simpang siur kabar tentang akan dibuka atau tidaknya bioskop lagi, tapi tetap juga belum buka.
Sampai ditunggu bulan-bulan selanjutnya Agustus, September, dan Oktober 2020 pun masih belum buka. Hal tersebut dikarenakan kondisi daerah atau kota di Indonesia masih banyak yang berwarna merah akibat terpapar virus  Covid-19.
Sehingga keputusan untuk membuka bioskop pun antara sudah atau belum diizinkan oleh pemerintah dan pihak keamanan, juga karena pemilik masih ragu membuka bioskop ditakutkan tidak ada masyarakat yang masih belum mau nonton film ke bioskop.
Walaupun tidak bisa dipungkiri juga bahwa beberapa kota atau daerah di Indonesia juga sebenarnya sudah buka bioskopnya sejak beberapa bulan lalu, itu juga faktor warna kota masing-masing yang sudah terbilang kategori aman untuk dibuka kembali tempat hiburan seperti bioskop.
Baru dua hari lalu penulis mendapatkan kabar dari sepupu tentang bioskop di Malang-Jatim sudah buka kembali. Entah tepatnya kapan mulai dibukanya kembali, namun penulis baru mendapatkan info bukanya bioskop-bioskop di Malang ini baru pada minggu ini.
Tidak menunggu lama, keesokan harinya penulis yang kebetulan sedang libur kerja langsung membuka kembali aplikasi untuk booking tiket bioskop. Karena bagaimana pun ketika weekend pasti penuh yang ke bioskop, jadi harus booking dulu biar kebagian kursi.
Apa lagi ada pembatasan hanya separuh yang bisa masuk ke satu ruangan film, sehingga penulis masih berpikiran kondisinya akan sama seperti dahulu waktu terakhir awal bulan maret 2020 yang mana bioskop masih penuh dengan pengunjung.
Sore itu saat booking tiket, penulis juga kaget dengan harga yang tertera yaitu hanya Rp 25.000 saja per orang. Karena yang namanya weekend biasanya di bioskop atau tempat yang sama harga tiketnya antara Rp 50.000 sampai Rp 80.000 per orang.
Namun semua itu bisa dipahami dengan kondisi yang baru buka kembali, sehingga masih ada harga promo agar bisa berkunjung kembali.
Kebetulan sore itu datang ke bioskop suatu mal di Malang Kota. Penulis pun baru mengunjungi mal lagi bulan ini sejak terakhir maret 2020 lalu sebelum pandemi Covid-19 di Indonesia
Begitu terkejutnya ketika melihat di parkiran mal yang penuh, hingga bingung mencari tempat parkir karena penuhnya. Dari hal tersebut penulis berpikiran di dalam pasti sangat ramai yang nonton film, untung saja tadi sudah booking tiketnya.
Nah, saat sebelum masuk ke mal kita diberikan hand sanitizer dulu di pintu masuk oleh satpam. Kemudian cek suhu, baru diperbolehkan masuk.Â
Nanti sebelum masuk, di pintu bioskopnya kita juga akan di cek suhu lagi dan diberikan hand sanitizer. Barulah kita diperbolehkan masuk ke gedung bioskop.
Hari itu yaitu kemarin Sabtu, 7 November 2020, penulis memilih nonton film "Patients Of A Saint" dan untuk review filmnya akan disambung pada artikel berikutnya.
Saat menukarkan tiket, biasanya ada tiga kasir yang melayani, namun hari itu hanya satu orang saja yang bertugas. Kemudian di tiap pintu masuk teater, biasanya diperiksa isi tas yang dibawa apa saja dan ada pemeriksaan tiket sesuai atau tidaknya dengan gedung teater.Â
Namun saat itu tidak ada pemeriksaan isi tas dan juga tidak ada pegawai untuk cek tiket setiap pintu teaternya. Para pengunjung yang sudah mempunyai tiket bisa langsung masuk ke tiap gedung teater secara mandiri.
Salah satu protokol kesehatan selain memakai masker dan juga cuci tangan atau menggunakan hand sanitizer adalah jaga jarak. Sehingga kursi bioskop pun memang diatur sedemikian rupa untuk mematuhi standar protokol kesehatan tersebut.
Penulis pun menunggu para pengunjung lainnya bisa menempati banyak kursi yang kosong. Namun sampai filmnya pun tayang, pengunjung lain tak kunjung masuk. Hingga akhirnya penulis mulai menyadari bahwa yang nonton film tersebut di malam itu jam 18.00 WIB hanya orang-orang itu saja. Terhitung hanya tiga belas orang.
Padahal itu malam minggu, jam yang penulis pilih juga masih termasuk sore, seharusnya adalah puncak dari pengunjung nonton film ke gedung ini. Ketika weekend saja hanya sedikit orang yang nonton satu film, apa kabar hari biasa ya?
Dalam pikiran, andai saja tadi tidak booking tiket pun, sebenarnya sudah bisa atau leluasa dalam memilih kursi di bioskop karena sedikitnya pengunjung yang masuk. Bahkan selama pertunjukan film berlangsung pun, karyawan dari pihak bioskop yang biasanya menawarkan atau jualan makanan ringan seperti popcorn, minuman dingin dan sebagainya itu tidak ada.
Sekitar jam 20.00 WIB film pun usai dan penulis pun keluar dari ruangan. Biasanya antara pintu masuk dan pintu keluar tiap teater itu berbeda. Namun kali ini pintu masuk dan pintu keluar tetap pada pintu yang sama, yaitu keluar lewat pintu masuk kembali. Hal itu dikarenakan karyawan yang minim, sehingga untuk urusan jaga pintu tidak ada dan pengunjung pun harus mandiri dalam banyak hal.
Ketika keluar, begitu terkejutnya penulis karena di luar pintu ruangan teater rupanya sangat gelap dan kosong pengunjung. Kondisi tersebut dikarenakan bioskop sudah mau tutup dan film yang penulis tonton hari itu juga adalah penayangan terakhir di malam minggu itu. Padahal melihat ke jam tangan masih jam delapan dan normalnya bioskop tutup jam 11 malam.
Kondisi ruang tunggu seperti tempat duduk di luar ruangan tiap teater biasanya penuh, bahkan yang menunggu film tayang kadang sampai banyak yang berdiri hingga duduk di lantai karpet yang ada. Lantas yang terjadi pada malam itu sangatlah gelap dan terkesan horor karena jauh dari kata normal.
Kebetulan untuk poin yang satu ini penulis lupa tidak memotret bagaimana kondisi di ruang tunggu atau luar pintu tiap teater jam 8 malam. Mungkin saat itu sedang syok saja dan sangat prihatin dengan situasi dan kondisi tersebut, sehingga lupa tidak mengabadikannya.
Namun sebelum keluar dari gedung bioskop, penulis masih sempat ke toilet terlebih dahulu. Masuk ke toilet pun juga dikagetkan dengan dua karyawan bioskop yang tadi bagian kasir dan cek suhu di depan rupanya juga merangkap menjadi OB atau bagian kebersihan.
Dan akhirnya penulis pun selesai, kemudian keluar dari gedung bioskop dengan perasaan yang masih syok dan sangat prihatin dengan kondisi yang ada.
Kondisi yang penulis temukan dalam suatu bioskop pada November 2020 ini, di masa depan mungkin akan terus dikenang bahwa pernah ada suatu masa yang memprihatinkan seperti ini yang terjadi pada bioskop.
Karyawan bioskop yang biasanya ada sekitar sepuluh orang atau lebih di tiap shift-nya, langsung menjadi hanya tiga orang saja pada malam itu.
Biasanya di bagian kasir ada 3 orang, bagian jual camilan popcorn sebelah kasir 1 orang, cek tiket masing-masing teater 2-3 orang, cek barang bawaan 1 orang, jual makanan ringan masuk teater 1-2 orang, satpam 1 orang, OB 1 orang, dll. Lantas malam itu hanya 3 orang saja yang merangkap tugasnya dengan semua pekerjaan itu.
Kondisi manajemen bioskop tersebut menurut penulis diduga karena minimnya pengunjung yang datang untuk menikmati film layar lebar lagi secara langsung di gedung tersebut. Karena kondisi yang belum normal sepenuhnya ini memang mayoritas masyarakat memilih untuk nonton film via aplikasi di ponsel.
Sehingga karena pemasukan yang minim, pihak bioskop pun belum bisa untuk membiayai karyawan di banyak job desk lainnya, yang mengakibatkan satu atau dua posisi harus mampu untuk merangkap dengan job desk lainnya.
Sementara dari pihak masyarakat sendiri pun, menurut analisis penulis ada beberapa alasan kenapa masih belum mau nonton langsung ke bioskop lagi:
- Anggapan tidak ingin mengambil risiko terpapar Covid-19 di bioskop atau tempat umum.
- Film legal via digital masih menjadi pilihan terkuat ketika kondisi belum normal sepenuhnya.
- Keuangan yang masih belum normal karena perekomonian masyarakat banyak yang belum pulih efek dari Covid-19.
- Tidak ada film baru yang popular untuk layak ditonton di bioskop.
Di balik semua alasan masyarakat tersebut memanglah wajar ketika kondisi belum normal sepenuhnya. Pihak bioskop pun tetap harus membuka bioskop meski tidak menghasilkan juga karena pajak yang tetap harus dibayar.
Bagaimana pun yang harus kita ketahui bahwa pajak gedung juga tetap harus dibayar oleh pihak bioskop pada suatu mal, dan itu juga tidak sedikit. Sehingga dari pada rugi sudah sewa dan bayar mahal namun tidak terpakai, sehingga tetap dibuka walau kurang optimal profit-nya di kala new normal yang masih belum sepenuhnya normal seperti ini.
Sebagai sesama pecinta film layar lebar, penulis menghimbau untuk para Kompasianer juga agar bisa menjaga kesehatan dengan makan-makanan sehat dan bergizi, minum vitamin, olahraga, istirahat yang cukup agar sistem imun dan daya tahan tubuh kita baik.Â
Protokol kesehatan dan kebersihan lainnya juga bisa dipatuhi seperti memakai masker kain ketika keluar rumah, jaga jarak, hingga membawa hand sanitizer kemanapun dan kapanpun.
Nah ketika sudah mematuhi protokol kesehatan dan kebersihan tersebut, jika Tuhan menghendaki kita tetap sehat kok dan aman dari ancaman tertular virus Covid-19 tersebut.
Maka dari itu untuk Kompasianer yang mungkin ada agenda minggu ini mau nonton film ke bioskop terdekat di kotanya masing-masing (terlebih yang sudah buka), jangan takut.
Karena pihak bioskop sendiri pun juga sudah menerapkan dan menggunakan protokol tersebut dengan baik. Pemeriksaan cek suhu badan, penerapan jaga jarak kursi penonton, hand sanitizer juga berada di mana-mana atau tiap sudut gedung bioskop, bahkan setiap usai penayangan film, kursi yang diduduki penonton semua juga disemprot dengan disinfektan.
Semoga semua keprihatinan akan efek dari virus Covid-19 ini cepat berlalu di segala bidang. Dan semua aktivitas hingga perekonomian masyarakat sudah menjadi normal sepenuhnya, di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Amin.
Oh ya, satu lagi. Selama pertunjukan film pastinya ada yang berbeda dari terdahulu, yaitu sepenuhnya kita diwajibkan memakai dan tidak melepas masker kain selama pertunjukan film.
Maka dari itu jangan memakai masker yang sesak atau yang buat telinga sakit atau terlalu ketat ya. Pilihlah masker kain yang sekiranya nyaman dipakai untuk jangka waktu lama, agar selama penayangan film beberapa jam tersebut kita bisa menikmatinya dengan nyaman dan tidak merasa terganggu dengan pilihan masker kita sendiri yang kurang nyaman.
Selamat menonton film and Happy Weekend :)
Salam, @Alfira_2808
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H