Happy Birthday yang ke-12, Kompasiana. Senang bisa berjumpa dan bergabung di forum ini, di tahun ke-12 tersebut.
Salam kenal untuk all Kompasianer. Di sini penulis masih sangat junior, baru bergabung sekitar 2 bulan lalu. Agustus 2020. Masih junior, anak bawang, plus perlu banyak belajar agar bisa berkembang.
Berawal dari link yang dibagikan teman untuk mengikuti suatu kompetisi menulis sekitar 2 bulan lalu di Kompasiana, penulis pun mencoba menulis artikel perdana tentang lomba tersebut. Tujuannya jikalau menang bisa dibuat nambah uang saku kuliah hehehe. Maklum masih anak kuliahan.
Namun penulis tidak terpilih alias gagal. Penulis pun menyadari bahwa masih perlu banyak belajar dalam penulisan seperti para senior lainnya di Kompasiana yang sudah terlatih dan banyak pengalaman.
Penulis juga meyakini bahwa semakin sering kita menulis atau semakin banyak jam terbang, karya kita akan semakin membaik dalam banyak sisi penilaian.
Hobi penulis adalah memainkan gitar akustik dan menonton film bioskop. Namun karena di Indonesia bioskop tutup sejak akhir Maret 2020 lalu sampai sekarang, penulis pun tidak bisa menyalurkan hobi nongkrong ke bioskop. Akhirnya penulis menemukan hobi baru yaitu menjadi penulis dadakan di Kompasiana.
Penulis juga bukan orang yang banyak santainya. Sibuk dengan rutinitas. Namun setiap harinya penulis mempunyai target, setidaknya per hari bisa menayangkan satu artikel di Kompasiana.
Tiap artikel yang penulis tayangkan tersebut kebanyakan tengah malam sampai dini hari karena di jam-jam tersebutlah penulis sedang ada waktu untuk menulis. Bahkan penulis juga memfasilitasi diri sendiri dengan membeli satu laptop baru demi bisa menulis di Kompasiana. Hehe
Setiap artikel yang penulis tayangkan kadang mendapat ulasan menarik, kadang sebaliknya. Kadang juga tidak ada ulasan, hanya ditengok saja tanpa ada meninggalkan jejak.
Menurut penulis, meninggalkan jejak (seperti memberikan rating atau nilai) itu sebenarnya perlu. Di situlah penulis akan mulai mengenap siapa saja Kompasianer yang sering memberikan ulasan hingga mencari atau bertanya-tanya dalam hati:
"Dia/kompasianer yang itu ke mana ya kok tumben tidak memberikan nilai artikel!"
Selanjutnya jika ada link atau lampu hijau untuk bisa japri (jalur pribadi) seperti bertukar nomor WhatsApp adn lain sebagainya, itu bisa untuk prospek lanjutan di luar penulisan.
Sedangkan jika berbicara mengenai Kompasianer lainnya yang menjadi idola penulis, adalah Kompasianer yang karyanya itu unik dan tidak berat untuk dibaca. Berat dalam hal ini dari segi pemilihan kata dalam penulisan.
Biasanya mereka yang menulis dengan bahasa yang dalam, di luar pengetahuan bahasa atau kata pada umumnya, adalah Kompasianer yang sudah tinggi ilmunya dalam hal penulisan.
Namun setiap orang berbeda kesukaannya. Penulis lebih suka dengan artikel-artikel ringan hingga memutuskan untuk mem-follow Kompasianer tersebut demi bisa terus mengikuti karya tulisnya.
Menurut penulis, mem-follow akun Kompasianer lainnya ada beberapa alasan:
- Tulisan atau karyanya dinantikan karena sering kali menarik untuk dibaca
- Tulisan Kompasianer tersebut sering terpilih menjadi Artikel Utama
- Kompasianer tersebut follower-nya sudah tinggi, jadi ikut-ikutan follow saja
- Sudah kenal di luar Kompasiana
- Sering memberikan nilai artikel dan komentar baik
Kalau Anda, mem-follow akun Kompasianer lainnya karena alasan yang mana?
Penulis sendiri jujur saja mem-follow akun Kompasianer lainnya karena poin nomor 5, yaitu sering memberikan nilai artikel dan komentar yang baik pada setiap artikel yang penulis tayangkan.
Atau Anda mempunyai alasan lainnya yang bisa ditambahkan? Boleh, silakan tulis opini Anda di kolom komentar.
Salam, @Alfira_2808
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H