Mohon tunggu...
Alfi Pangest
Alfi Pangest Mohon Tunggu... Pendidik -

Pembelajar, pekerja sosial, penikmat buku, penggiat pendidikan, pecinta seni dan budaya, desain, serta sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Curhatan Kaum Pinggiran

4 Januari 2011   15:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:58 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duitku ga cukup,
Buat beli makanan bergizi saban hari,
Buat makan makanan enak berharga tinggi,
Apalagi buat ngasih fakir miskin negeri ini,

turbokitfoto.fotopages.com

Duitku ga cukup,
Buat naik mercy atau sekedar taksi,
Buat naik pesawat atau kereta cepat,
Tapi ku bisa jalan kaki,

Duitku ga cukup,
Buat langganan koran berisi berita basi,
Isinya pemerintah, bencana, dan kerusakan bangsa ini,
Yang ujung-ujunya jadi bungkus nasi,

Duitku ga cukup,
Buat merasakan nikmatnya pendidikan formal,
Modalku cuma pakaian kumal dan sandal,
Lagian makanku cuma nasi dan sambal,
Tak pantas bersanding dengan mereka yang kantongnya tebal,

Duitku ga cukup,
Buat beli buku,
Buat beli baju,
Buat ini itu,
Pulsa speedy bensin dan hp baru,
Duitku ga cukup,

Entah kapan hidupku berubah,
Tiap hari ku lalui pasrah,
Hampa asa berkeringat darah,
Bergumul dengan kotoran dan sampah,
Meski gerah tapi nasib pun tak punah,
Tuhan, beri kesabaran,

Ingatkan mereka yang mampu,
Yang mampu ilmu, gunakan otakmu 'tuk bantu kami,
Yang mampu materi, gunakan hartamu 'tuk ringankan beban kami,
Yang mampu tenaga, gunakan tubuhmu 'tuk bantu selamatkan kaum tertindas ini,
Yang tak mampu ilmu, jangan persulit kami,
Yang tak mampu materi, jangan hina kami,
Yang tak mampu tenaga, bantu kami dengan doamu,
Yang tak mampu semuanya, jangan bersedih, ikutlah bersama kami :)

Kaum pinggiran yang terlupakan, termakan zaman tertindas kebijakan dan perubahan,

menanti penindasan dan pengucilan.

Diposting di Notes FB pada 26 Oktober 2010

Tulisan sebelumnya :

CuCi Dara; Kenangan Manis Menangis di Penghujung Tahun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun