Selain kebudayaan dengan sastra yang mengandung unsur religi, Sunan Bonang ternyata juga turut andil di bidang politik pemerintahan. Ia membantu berjalannya kerajaan Demak. Bahkan Majid Agung Demak dibuat Bersama oleh para walisongo. Sunan Bonang juga ikut Kalijogoandil dalam pelantikan Raden Patah dalam mendirikan Kerajaan Islam Demak.
Sunan Bonang Bersama Sunan Kalijogo yang berdakwah dengan kesenian memberikan peningggalan aktivitas yang masih kuat sampai sekarang seperti Sekaten di bulan Maulid yang ada ketika kerajaan demak berdiri. Ada juga Grebeg besar yang merupakan tradisi yang mempunyai nilai ritual keagamaan bagi masyarakat Demak untuk menyambut hari raya Lebaran Haji setiap tanggal 10 dzulhijjah.
Di Demak, Sunan Bonang dijadikan Imam Masjid Agung Demak oleh Raden Patah. Namun sayangnya, beberapa waktu kemudian Ia berselisih paham dengan Sultan Demak sehingga Sunan Bonang melepaskan jabatannya sebagai Imam Masjid Agung Demak dan kembali ke Lasem, tepatnya di Bonang. Kemudian, Ia mendirikan sebuah pondok pesantren dan juga masjid.
Mungkin, tidak banyak yang meng-ekspos karya tasawuf Sunan Bonang. Padahal Sunan Bonang juga menguasai ilmu tasawuf dan bahkan menghasilkan karya yang disebut suluk Sunan Bonang. Suluk ini berisi ringkasan dari kitab ihya'ulumuddin.
Selain suluk Sonan Bonang. Ada juga salah satu karyanya yang terkenal, yaitu suluk Wujil. Karya ini dinamakan Suluk Wujil karena menceritakan seseorang yang bertubuh kecil atau cebol dalam menjari ilmu makrifat. Suluk ini terdiri dari 104 bait yang berisi cerita dalam bentuk dialog antara Wujil dan Ratu Wahdat.
Disini, tokoh Wujil adalah seorang pelayan kerajaan Majapahit yang akhirnya berkelana mencari guru agama yang akhirnya dipertemukan dengan Ratu Wahdat (yaitu Sunan Bonang). Suluk Wujil juga berisi tembang Macapa yang dipakai oleh Sunan Bonang. Ada tembang Dandanggula pada bait ke 57 dan Mijil pada bait ke 56 serta Aswalita pada bait ke 55.
Karya Sunan Bonang sangat berperan dalam dakwahnya karena dengan cara dakwah beliau yang kreatif dengan menyelipkan ajaran islam dalam karyanya serta menyesuaikan adat masyarakat sekitar membuat masyarakat tertarik untuk masuk islam bahkan tak segan untuk mempelajarinya.
Meskipun beliau telah tiada, namun karyanya masih hidup dan akan selalu dikenang oleh masyarakat. Dari Sunan Bonang kita juga dapat belajar bahwa kita bisa berdakwah dengan sekreatif mungkin dan tanpa kekerasan karena Islam adalah agama yang membawa kedamaian bukan perpecahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H