Mohon tunggu...
Alfi Nuriffah
Alfi Nuriffah Mohon Tunggu... -

State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Menumbuhkan Jiwa Kreatif Anak Usia Dini

9 Juni 2014   03:44 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:38 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam menumbuhkan jiwa kreatif anak usia dini diperlukan pendidikan dan lingkungan yang dapat memperhatikan sifat alami anak dan menunjang tumbuhnya kreativitas. Sifat-sifat alami yang mendasar inilah yang haru selalu dipupuk dan dikembangkan sehingga sifat kreatif mereka tidak hilang. Sikap anak usia dini yang mendasar dan sangat menunjang timbulnya kreativitas tersebut, diantaranya yaitu pesona dan rasa takjub, imajinasi, rasa ingin tahu, dan banyak bertanya (Rachmawati dan Kurniati, 2010).

1.Pesiona dan Rasa Takjub

Sifat khas anak usia dini adalah selalu memiliki rasa takjub dan pesona. Mereka selalu takjub dan tertarik dengan hal baru yang menakjubkan. Terkadang orang tua tidak mengerti letak kehebatan dan keanehan benda ataupun kejadian yang dikagumi anak. Kepolosan anak yang sangat murni dapat melihat dengan jelas dan rinci benda-benda yang ada disekitarnya dan merasakan kehebatannya. Contoh saja dalam mengamati seekor kupu-kupu, anak-anak pasti sangat tertarik dengan sayapnya, badannya yang berwarna-warni, dan kemampuan kupu-kupu yang bisa terbang, anak-anak pasti akan mengikuti kupu-kupu itu terbang kemanapun arahnya. Anak-anak sangat pandai mensyukuri dan mengakui kehebatan Allah sebegai penciptanya. Rasa takjub ini dapat hilang jika lingkungan tidak belajar kepada anak untuk menghargai alam dengan segala keindahannya. Kekaguman pada alam ini akan menghasilkan karya-karya kreatif yang harus dipahami dan dikembangkan oleh para pendidik dengan menghargai, mendengarkan, dan menerima anak apa adanya. Para pendidik dapat pula terlibat dalam kekaguman anak dan ikut memperkaya berbagai aspek yang luput dari pengamatan anak.

2.Imajinasi

Imanjinasi adalah dunia yang umumnya identik dengan anak sehingga sesuatu yang mustahil atau tidak mungkin menjadi mungkin bagi anak usia dini. Dengan berimajinasi, anak selalu mencari cara untuk menemukan jawaban dari masalah yang dihadapinya, tetapi sering juga mendapat kendala dari orang dewasa yang ada disekitarnya karena mereka takut dengan imajinasi yang dialami anak, dan lebih memilih untuk menghindarinya dengan larangan atau teguran. Orang tua sering beranggapan bahwa dengan berimajinasi anak akan cenderung menjadi seorang penghayal, tukang melamun, dan menyia-nyiakan waktu. Banyak orang beranggapan bahwa imajinasi itu tidak berguna dan tidak ada manfaatnya bagi kehidupan. Padahal dalam kehidupan sehari-hari banyak dibantu dengan produk-produk yang dahulunya masih sebuah khayalan. Contohnya saja pesawat terbang merupakan hasil khayalan Twight bersaudara yang ingin terbang seperti burung. Jadi upaya yang harus dilakukan oleh seorang pendidik adalahuntuk selalu memahami, membimbing, dan mendukung imajinasi peserta didik serta mengajak mereka untuk belajar mewujudkan khayalannya sehingga berguna bagi yang lain.

3.Rasa Ingin Tahu

Antusias yang tinggi selalu ada pada anak usia dini dengan benda-benda yang ada disekitarnya atau makhluk baru yang pertama kali dilihatnya. Anak-anak pasti akan memerhatikan, mengamati bagamana dan apa yang terjadi, melihatnya secara detail dari atas sampai bawah, samping, kiri ke kanan, merabahnya, menciumnya, dan bahkan memasukkan kedalam mulutnya agar tahu bagaimana rasanya. Rasa ingin tahu yang tinggi seperti itu sering kali membuat anak tidak peduli dengan lingkungannya apakah akan membuatnya kotor, basah, panas, maupun merasa sakit. Hal seperti itu jelas bahwa keingingan anak usia dini dalam mengeksplorasi alam dan lingkungannya sangatlah kuat, dan sangatlah kuat keinginannya untuk mengetahui sesuatu, hal ini berarti betapa kuat semangatnya untuk belajar.

Rasa ingin tahu adalah sifat dasar kreatif, yang mendorong anak untuk menciptakan karya atau ide baru, diawali dengan sikap rasa ingin tahunya terhadap sesuatu, setelah sesuatu itu dieksplorasi secara mendalam barulah mereka menciptakan karya yang baru dan berbeda berdasarkan pengayaannya terhadap apa yang dihadapinya.

Semoga bermanfaat dan kita dapat menumbuhkan jiwa kreatif anak usia dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun