Mohon tunggu...
Alfi Nuriffah
Alfi Nuriffah Mohon Tunggu... -

State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Ajak Anak Disiplin Sejak Dini

14 Juni 2014   04:18 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:48 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disiplin sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembangka karakter anak usia dini. Disiplin diri bertujuan membantu anak usia dini mengenal dan menemukan dirinya, serta mengatasi dan mencegah timbulnya masalah-masalah disiplin. Selain itu, juga untuk menciptakan suasana yang nyaman, aman, dan menyenangkan untuk kegiatan belajar dan bermain, sehingga mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan. Oleh karena itu, guru PAUD harus mampu menumbuhkembangkan disiplin anak-anak, yang terpenting disiplin diri. Guru harus membantu anak mengembangkan pola perilakunya yang baik, meningkatkan standar prilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin. Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan nasional, yaitu sikap demokratis sehingga peraturan disiplin perlu berpedoman pada hal tersebut, yakni dari, oleh dan untuk anak, sedangkan guru tut wuri handayani, jadi intinya seorang guru di depan adalah sebagai contoh atau panutan yang baik didepan peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian Reisman and Payne (1987: 239-241), dapat dikemukakan 9 (sembilan) cara untuk membina disiplin anak usia dini, sebagai berikut:

·Konsep diri (self-concept); strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri masing-masing individu merupakan factor penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru harus bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.

·Keterampilan bekomunikasi (Communication skills); guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.

·Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical consequences); perilsku-perilaku yang salah terjadi karena peserta didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnya perilaku-perilaku salah. Untuk itu, guru disarankan: a) menunjukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah, sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya, dan b) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.

·Klarifikasi nilai (values clarification); strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaan sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk nilainya sendiri.

·Analisis transaksional (transactional analysis); disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah.

·Terapi relitas (reality therapy); sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan bertanggung jawab.

·Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline); metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan. Prinsip-prinsip modifikasi perilaku yang sistematik diterapkan di kelas., termasuk pemanfaatan papan tulis untuk menuliskan nama-nama peserta didik yang berprilaku menyimpang.

·Memodifikasi perilaku (behavior modification); perilaku salah disebabkan oleh lingkungan, sebagai tindakan remidiasi. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.

·Tantangan bagi disiplin (dare to discipline); guru diharapkan cekatan, sangat terrganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapai berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama disekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin dan lebih mengenal situasi disekitanya.

Nah, dalam membina disiplin peserta didik dengan 9 (Sembilan) strategi tersebut, harus mempertimbangkan berbagai situasi dan memahami faktoor-faktor yang mempengaruhinya.

Referensi: Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun