Mohon tunggu...
Alfin Syamsuddin
Alfin Syamsuddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

an environmentalist

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Vegetarian bukan hanya soal makanan

13 Juli 2013   02:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:38 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_254394" align="alignnone" width="600" caption="sumber gambar: google images"][/caption] Akhir-akhir ini merebak kembali wacana warga tentang vegetarian/vegan sebagai gaya hidup sehat dan banyak sekali info-info mengenai resep makanan ala vegetarian, tetapi sedikit orang tahu bahwa definisi seorang vegan bukan hanya sebagai pemakan makanan nabati. Apakah seorang vegan sadar memilih gaya hidup seperti itu, tanpa memakan daging ? Apakah seorang vegan tahu mengapa mereka memilih untuk tidak megonsumsi produk-produk hewani ? Sejatinya seorang vegan bukan hanya sebatas makanan, lebih dari itu, vegan itu seorang yang mencoba untuk hidup tanpa mengeksploitasi hewan, untuk kepentingan hewan, manusia dan lingkungan. gaya hidup vegan juga menghindari produk selain makanan yang terbuat dari hewan (misalnya tas kulit python, anak sapi, bulu kelinci, dan binatang eksotik lain) Menjadi vegan artinya kita menyayangi binatang Masih ingat embargo sapi dari Australia karena tempat penjagalan di Indonesia sangat kejam terhadap binatang ? Itu salah satu alasan dan bukti mengapa seorang vegan tidak menggunakan produk-produk hewani, karena hewan diperlakukan kasar hanya untuk kebutuhan dan hasrat ekonomi manusia, menurut filosofi vegan, hewan berhak untuk diperlakukan semestinya yaitu hak untuk hidup dan berkembang biak, hal yang sama seperti manusia. Saya memang bukan strict seorang vegan dan saya bukan penentang orang yang suka memakan daging, tetapi lebih dari itu, hewan harus di perlakukan secara adil, jika memang untuk memproduksi daging, maka harus ditempatkan di kandang yang bersih dan nyaman atau dilepas di ladang, dipotong dengan cara yang benar dan baik, diberi makan dengan benar (bukan ditambah obat penggemuk badan atau hormon) . Hasilnya adalah daging yang berkualitas dan sustainable, Akhirnya, orang yang mengonsumsinya juga sehat karena dagingnya bukan dari hewan yang stess dan overdosis hormon di tempat penjagalan. Perlu saya ingatkan lagi, pemakan daging bukan berarti secara moral salah tetapi perlu diperhatikan lagi tentang kesejahteraan binatang yang dikonsumsi. Untuk memahami dan menjalani filosofi tersebut bukanlah tantangan yang mudah bagi seorang vegan, karena banyak produsen yang menjual barang-barang dengan material hewani tanpa ada label dibelakangnya, sertifikat untuk menunjukkan produk bukan dari bintang dilindungi , dan lain-lain. Menahan diri untuk tidak memakai produk dari bulu asli (seperti bulu kelinci, domba) tas atau baju dari kulit ular phyton itu saja sudah sangat susah apalagi kalau barangnya lucu-lucu dan menarik. [caption id="attachment_254396" align="alignnone" width="350" caption="tas yang terbuat dari kulit ular phyton, sumber gambar: google images"]

1373648434584528972
1373648434584528972
[/caption] Saya sedikit membayangkan membawa tas dari kulit hewan asli hanya untuk kesenangan pribadi dan hewan yang dibunuh percuma hanya untuk dijadikan material sebuah barang. menurut hemat saya itu sangat amoral. Itulah tantangan terbesar menjadi seorang vegan, dengan menghargai hidup untuk semua makhluk. Bukankah manusia menjadi kahlifah di muka bumi untuk tujuan seperti itu, bertanggung jawab terhadap keseimbangan lingkungan. Dan hal tersebut menjadi bukti bahwa kaum vegetarian/vegan itu menyehatkan, menyenangkan, adil untuk semua makhluk, sustainable dan gaya hidup seperti ini baik untuk lingkungan, jadi kenapa tidak mejadi seorang vegan ? ########################### Referensi : http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read/cetak/2011/06/20/150093/Diplomasi-Sapi-Australia http://vimeo.com/23607359 https://www.vegsoc.org/goveggie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun