Mohon tunggu...
Alfino Hatta
Alfino Hatta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Membaca, menulis puisi dan tertarik belajar hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Tuhan Membiarkan Ketidakadilan Terjadi? Menyelami Makna Keheningan Tuhan di Tengah Kekacauan Dunia

13 November 2024   14:09 Diperbarui: 13 November 2024   14:12 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan tentang keberadaan Tuhan dan peran-Nya dalam menghadapi kekacauan di dunia merupakan salah satu tema yang paling mendalam dan kompleks dalam ranah teologi dan filsafat. Dari perspektif manusia, dunia sering kali tampak kacau, penuh dengan konflik, penderitaan, ketidakadilan, dan bencana alam. Semua ini kerap menimbulkan pertanyaan: Jika Tuhan Maha Kuasa dan Maha Pengasih, mengapa tampaknya Dia tidak campur tangan secara langsung untuk menghentikan kekacauan tersebut?

Sebelum beranjak lebih jauh, penting untuk menyadari bahwa apa yang sering kali kita pandang sebagai kekacauan sebenarnya adalah hasil dari tindakan manusia itu sendiri. Sebagai makhluk yang diberi akal dan kebebasan untuk memilih, manusia memiliki kendali atas keputusan dan tindakan mereka. Kekacauan dunia tidak terjadi begitu saja, melainkan sering kali diakibatkan oleh keputusan manusia yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan ajaran agama, yang telah diturunkan oleh Tuhan melalui kitab-kitab suci. Dalam berbagai ajaran agama, terdapat larangan-larangan yang jelas mengenai perilaku yang dapat merusak tatanan sosial dan moral, seperti larangan berjudi, berzina, mencuri, mabuk-mabukan, dan membunuh. Ketika manusia melanggar perintah-perintah ini, kekacauan pun tak terelakkan.

Namun, apakah di mata Tuhan dunia ini benar-benar kacau? Mungkin saja tidak. Dalam perspektif teologis, bisa jadi semua yang terjadi di dunia ini adalah bagian dari skenario besar yang dirancang oleh Tuhan untuk menjaga keseimbangan dan dinamika kehidupan. Tuhan tidak menciptakan dunia yang statis, melainkan dunia yang terus berkembang dan berevolusi. Tantangan dan masalah yang dihadapi manusia mungkin memang sengaja dihadirkan untuk memacu kreativitas, inovasi, dan pembelajaran. Tanpa adanya tantangan, manusia mungkin akan menjadi pasif dan kehilangan kemampuan untuk bertumbuh dan berkreasi.

Dalam banyak agama, Tuhan dipahami sebagai entitas yang Maha Kuasa, Maha Tinggi, dan melampaui pemahaman manusia yang terbatas. Oleh karena itu, sangat mungkin cara Tuhan bekerja tidak selalu sesuai dengan ekspektasi atau logika manusia. Sebagai contoh, dalam Islam, Tuhan diyakini sebagai Maha Bijaksana, yang memiliki hikmah di balik setiap kejadian, meskipun manusia tidak selalu mampu memahami hikmah tersebut. Bagi manusia, dunia mungkin tampak kacau, tetapi bagi Tuhan, semuanya tetap berada dalam kendali-Nya yang sempurna. Waktu Tuhan juga berbeda dari waktu manusia; apa yang kita anggap sebagai penundaan atau ketidakpedulian mungkin sebenarnya bagian dari rencana besar Tuhan yang akan terungkap pada waktunya.

Salah satu aspek fundamental dalam memahami peran Tuhan dalam kekacauan dunia adalah konsep kebebasan manusia. Banyak keyakinan mengajarkan bahwa Tuhan memberi manusia kebebasan untuk membuat pilihan mereka sendiri. Dengan kebebasan ini datang tanggung jawab atas setiap tindakan. Kekacauan di dunia sering kali merupakan konsekuensi dari pilihan-pilihan manusia yang tidak selaras dengan kehendak Tuhan. Dalam konteks ini, Tuhan tidak selalu turun tangan untuk memperbaiki setiap kesalahan manusia, karena Dia menghormati kebebasan yang telah diberikan kepada mereka. Manusia diberi kebebasan untuk memilih, tetapi juga harus menanggung akibat dari pilihan-pilihan tersebut.

Selain itu, beberapa ajaran agama melihat kekacauan dan penderitaan sebagai bagian dari ujian atau sarana bagi manusia untuk tumbuh secara spiritual. Cobaan dan tantangan hidup tidak hanya berfungsi untuk menguji ketahanan manusia, tetapi juga untuk membentuk karakter, memperkuat iman, dan mengajarkan kebijaksanaan yang lebih dalam. Dalam pandangan ini, Tuhan mungkin membiarkan kekacauan terjadi bukan karena Dia acuh, tetapi karena Dia memberikan manusia kesempatan untuk belajar, berkembang, dan memperbaiki diri.

Meskipun tampaknya Tuhan tidak bertindak secara langsung, banyak keyakinan meyakini bahwa Tuhan selalu hadir di tengah kekacauan. Kehadiran-Nya mungkin tidak selalu kasat mata atau terlihat dalam bentuk intervensi langsung, tetapi Dia bekerja melalui inspirasi, bimbingan, dan kekuatan yang diberikan kepada manusia untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Tuhan juga telah menurunkan kitab-kitab suci sebagai panduan moral dan etika agar manusia bisa menjalani hidup dengan damai dan harmonis. Dalam hal ini, Tuhan tidak pernah benar-benar diam; Dia aktif membimbing dan memberikan petunjuk kepada manusia melalui firman-Nya dan kehadiran spiritual-Nya.

Pada akhirnya, pertanyaan "apakah Tuhan membiarkan kekacauan terjadi?" mungkin lebih tepat diganti dengan pertanyaan "apa yang dapat kita lakukan sebagai manusia untuk merespons kekacauan tersebut?". Tuhan telah memberikan manusia kebebasan, akal, dan panduan untuk menjalani hidup dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Manusia tidak bisa terus-menerus menyalahkan Tuhan atas kekacauan dunia jika mereka sendiri tidak berusaha untuk mengikuti ajaran moral dan nilai-nilai yang telah diturunkan. Kekacauan dan ketidakadilan di dunia ini tidak akan hilang selama manusia terus terikat pada keinginan-keinginan duniawi dan mengabaikan ajaran-ajaran yang menekankan perdamaian, keadilan, dan kasih sayang.

Sebagai kesimpulan, pertanyaan mengenai peran Tuhan dalam menghadapi kekacauan di dunia tidak memiliki jawaban yang sederhana. Ini adalah pertanyaan yang memerlukan refleksi mendalam, iman yang kokoh, serta kepercayaan pada kebijaksanaan Tuhan yang melampaui pemahaman manusia. Kita mungkin tidak selalu memahami rencana besar Tuhan, tetapi dengan iman, kita dapat percaya bahwa di balik setiap peristiwa, ada hikmah yang lebih besar yang sedang berlangsung. Sementara itu, tugas kita sebagai manusia adalah terus berusaha memperbaiki diri, saling mengasihi, dan berkontribusi bagi kebaikan dunia sesuai dengan ajaran yang telah diturunkan kepada kita.

Dengan demikian, meskipun Tuhan tampaknya "diam", mungkin sebenarnya Dia sedang memberi kita kesempatan untuk belajar, bertumbuh, dan menjadi agen-agen perubahan yang membawa kebaikan di tengah kekacauan dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun