Membaca bukanlah sekadar rutinitas bagi mereka yang berkecukupan, namun lebih merupakan cerminan jiwa orang-orang yang haus akan ilmu. Ya, kebanyakan dari mereka yang terpelajar memang hidup dalam kenyamanan ekonomi, namun jangan salah---esensi membaca sesungguhnya terletak pada keinginan untuk terus tumbuh. Membaca adalah bagian dari perjalanan menuju puncak tertinggi, yang disebut "Aktualisasi Diri". Sebelum kita sampai ke sana, kita harus melewati tangga-tangga kebutuhan lainnya, mulai dari yang paling mendasar hingga yang lebih kompleks. Dengan kata lain, budaya membaca hanya akan benar-benar tumbuh subur dalam diri seseorang yang telah memenuhi kebutuhan dasarnya. Dan ketika itu tercapai, pintu menuju pengetahuan pun terbuka lebar.
Lalu, apa peran orang tua dalam hal ini? Sederhana. Anak-anak tidak akan belajar mencintai membaca hanya karena mereka diberi buku atau diajak ke perpustakaan. Tidak, itu belum cukup. Anak-anak butuh lebih dari sekadar fasilitas---mereka butuh teladan! Jika orang tua hanya sibuk dengan gadget mereka dan tidak menunjukkan ketertarikan nyata pada membaca, bagaimana mungkin anak-anak akan termotivasi? Jadi, langkah pertama yang harus diambil adalah menjadi contoh hidup bahwa membaca itu bukan sekadar aktivitas, melainkan gaya hidup yang penuh makna.
Masih ada sebagian orang yang berpikir bahwa membaca buku bukanlah bagian dari gaya hidup mereka. Padahal, membaca bukan hanya sekadar aktivitas untuk menambah pengetahuan, tetapi juga dapat membuka berbagai peluang, seperti meningkatkan karier, memperluas jaringan sosial, bahkan untuk menemukan pasangan hidup. Oleh karena itu, jika Anda masih merasa bahwa membaca adalah aktivitas yang "bukan untuk Anda", ada baiknya Anda mencoba untuk mempertimbangkan kembali. Membaca merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat, terutama jika Anda menemukan topik yang sesuai dengan minat dan kebutuhan Anda.
Langkah pertama yang dapat diambil adalah: Temukan buku yang sesuai dengan minat Anda. Jika Anda tertarik dengan topik finansial, maka membaca buku tentang berkebun atau memasak tentu akan terasa membosankan. Mengetahui apa yang menarik bagi Anda akan membantu Anda menikmati proses membaca dan memetik manfaat darinya.
Langkah kedua: Kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang memiliki minat terhadap buku. Hal ini sangat penting. Saya memiliki beberapa teman yang gemar membaca, dan setiap kali kami bertemu, selalu ada diskusi terkait buku-buku yang menarik. Dengan bergaul bersama orang-orang yang memiliki kebiasaan membaca, Anda akan lebih termotivasi untuk membiasakan diri melakukan hal yang sama, hingga akhirnya membaca menjadi bagian dari gaya hidup Anda.
Namun, mari kita pertimbangkan juga bagaimana kurangnya budaya membaca bisa membawa dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari. Contoh sederhana dapat kita lihat di jalan raya. Meskipun tulisan "Lajur Sepeda" sudah sangat jelas terpampang, masih ada pengendara mobil yang memarkir kendaraannya di jalur tersebut. Apakah mereka tidak membaca tanda tersebut, ataukah mereka memang tidak peduli? Sulit untuk memastikan. Bahkan, ada tukang parkir yang seolah-olah ikut mengabaikan aturan tersebut, mungkin karena terbatasnya lahan parkir. Akibatnya, para pengguna sepeda harus keluar dari jalur yang seharusnya menjadi hak mereka.
Meski hal ini mungkin tampak sebagai masalah kecil, bayangkan jika peristiwa tersebut diabadikan dalam foto lalu tersebar di media sosial. Tentu akan menjadi bahan perbincangan dan bisa saja memunculkan rasa malu bagi yang terlibat. Oleh karena itu, mari kita biasakan diri untuk membaca dan memahami informasi yang ada di sekitar kita, tidak hanya untuk meningkatkan kecerdasan tetapi juga untuk menunjukkan kepedulian terhadap aturan dan lingkungan sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H