Pikiran-pikiran terlarang itu kembali.
Ia gelisah.
Mengatakan kalimat ini.
Tidak, ia bukan lagi bujang dari kota kecil yang suka pasrah.
Aku melangkah mendekati ranjangku, tersentak.
Aku tahu detail kesenangan.
Itu hanya sibuk mengacak-acak.
Lebih baik membaca Al-Qur'an.
Keimanan membawaku pergi.Â
Disaksikan tubuh yang mendesah prihatin.
Meninggalkan anak-anak yang masih tidak terkendali.
Dulu yang masih bermain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!