Dia melangkah meninggalkan kantin.
Di sejumlah kota besar di Eropa.
Cara ketawa dia lakukan.
Mengapa tidak ada?
Tiba-tiba saja menghilang.
Mendekati pertempuran dengan hati-hati.
Masa lampau yang gilang-gemilang.
Kota Makau yang gemerlap dipadati.
Di suatu sore biasa yang terwujud dalam tidur.
Awalnya, aku agak enggan.
Pengalaman baru yang getir.
Ucapan yang terkandung cukup mematikan.
Daripada pikiran lain yang mengusik angan-anganku.
Aku ingin mengucapkannya sepenuh hati.
Sudah ribuan kilometer saya tempuh dengan cinta itu.
Satu orang yang lagi berdiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H