Mohon tunggu...
Alfin Febrian Basundoro
Alfin Febrian Basundoro Mohon Tunggu... Freelancer - Menuliskan isi pikiran, bukan isi hati

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UGM 2018, tertarik pada isu-isu politik dan keamanan internasional, kedirgantaraan, militer, dan eksplorasi luar angkasa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Koalisi Senyap" Inggris-Prancis dalam Perang Falkland 1982

25 Desember 2019   12:12 Diperbarui: 25 Desember 2019   12:31 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Royal Navy official photographer - iwm.org.uk

Benar saja, ekonomi Argentina runtuh. Negara tersebut kehilangan lebih dari US$ 40 juta tiap minggunya akibat dihentikannya perdagangan dengan Eropa Barat. Akibatnya, perekonomian negara tersebut hampir berhenti total dan terjadi resesi ekonomi yang cukup parah. Praktis, hubungan ekonomi-politik Argentina dengan Eropa Barat mengalami kelumpuhan. Pemerintah Argentina tak mampu berbuat banyak selain mempertimbangkan untuk menghentikan pertempuran dan menarik pasukannya dari Falkland.

Ketiga, adalah aspek politik. Sebagai negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, baik Inggris maupun Prancis sama-sama memiliki hak veto dan berperan penting dalam pembentukan resolusi PBB. Kaitannya dengan Perang Falkland, Inggris mengeluarkan draf resolusi di Dewan Keamanan PBB guna mengutuk tindakan invasi yang dilakukan Argentina. 

Inggris juga menyerukan agar Argentina menarik pasukan dari Kepulauan Falkland sampai batas waktu tertentu. Prancis memberikan dukungan secara politik terhadap resolusi tersebut. Namun, dukungan tersebut lagi-lagi tak bersifat eksplisit, di mana Prancis menggunakan payung Masyarakat Ekonomi Eropa dalam menyatakan dukungan politiknya.

cdn.britannica.com
cdn.britannica.com
Perang Falkland lantas berakhir pada 14 Juni 1982 setelah Inggris merebut kembali seluruh target penting di Kepulauan Falkland dan Ibu Kota Stanley. Pasukan Argentina menyatakan menyerah dan setuju untuk menyerahkan kembali kedaulatan Kepulauan Falkland atas Inggris. 

Langkah yang dilakukan 'koalisi senyap' Inggris-Prancis tersebut memperoleh hasil cukup signifikan. Pertama, Argentina praktis tak mendapat suplai persenjataan dan dukungan militer yang memadai dari luar negeri, baik Blok Barat maupun Timur, mengingat rezim junta militer di negara tersebut antikomunis. Negara tersebut harus berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan militer strategisnya, dengan berbagai cara, termasuk nantinya, melakukan kerja sama militer dengan Israel. 

Selain itu, dengan runtuhnya ekonomi nasional, Pemerintah Argentina kehilangan reputasi dari warganya secara drastis. Hal tersebut kemudian menjadi pendorong utama demokratisasi di negara tersebut. Di sisi lain, kemenangan Inggris membuat Margaret Thatcer, Perdana Menteri Inggris mengalami peningkatan popularitas, di mana sang PM kemudian terpilih kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun