Jika Iran benar-benar menguasai Selat Hormuz, bukan tak mungkin suatu saat Iran akan mampu memonopoli lalu lintas minyak di Teluk Persia dan tentunya akan menjadi keuntungan yang sangat besar bagi Negeri Mullah, karena dengan monopoli lalu lintas minyak di Teluk Persia, Iran akan meraup pendapatan yang luar biasa sekaligus menjadi hegemoni di kawasan Timur Tengah.
Langkah Iran dalam mengambil alih Selat Hormuz tentu tak mudah. Terdapat enam negara Teluk lain (Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, dan Irak) yang membutuhkannya demi kelangsungan ekonomi mereka yang amat bergantung pada sektor migas.Â
Seluruh negara tersebut memiliki sejarah hubungan yang getir dengan Iran, di mana ekskalasi konflik dapat sewaktu-waktu terjadi apabila Iran berusaha menguasai selat tersebut. Tentunya dengan keterlibatan AS yang turut membutuhkan selat ini sebagai jalur suplai minyak utama mereka dan bersekutu pula dengan keenam negara Teluk.
Terlebih, setelah penerapan sanksi bertubi-tubi dari negara Barat sejak pengembangan program nuklirnya, Iran terus memperkuat kerja sama ekonomi-politik dengan Rusia dan Cina yang notabene merupakan rival AS.Â
Apabila dua negara tersebut terlibat dalam masalah Selat Hormuz, praktis akan terjadi peningkatan potensi konflik yang signifikan di sana. Apalagi, Rusia dan Cina selama ini selalu menolak klaim AS bahwa Iran terlibat dalam insiden penahanan dan sabotase tanker yang hingga Agustus lalu terus terjadi.Â
Mereka menganggap bahwa justru AS-lah yang selama ini melakukan tindakan ilegal dengan melakukan pengintaian wilayah Iran dan berusaha melakukan provokasi perang.Â
Apabila konflik antarnegara di Selat Hormuz akan terjadi, tentunya akan mengakibatkan dampak yang masif dalam ekonomi-politik dunia. Industri minyak akan terancam, banyak negara akan kehilangan pendapatannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H