Ia memiliki bakat dan kemampuan yang sangat krusialuntuk mencetak gol dengan berbagai teknik. Ketajamannya sudah tak diragukan lagi dan Messi percaya diri untuk mengemban tugas sebagai mesin gol. Namun, ketergantungan yang berlebihan tentu tidak baik.Â
Apalagi, situasi dan kondisi timnas jauh berbeda dengan klub, di mana Messi terlihat lebih leluasa untuk bermain di klub dengan teman-teman sejawat yang sudah saling kenal dan bertemu setiap pekan dan mengasah kemampuan dalam satu atmosfer yang sama.Â
Di pusat latihan timnas, Messi bertemu dengan banyak orang baru dengan kemampuan yang berbeda dan memiliki visi permainan yang juga beragam. Apalagi, pemusatan latihan timnas biasanya hanya berlangsung beberapa minggu.
Faktor-faktor di atas saya rasa cukup mewakili sederet problematika yang harus dihadapi oleh manajemen tim nasional Argentina. Masalah-masalah tersebut harus segera diselesaikan oleh manajemen timnas, sembari mempersiapkan diri untuk turnamen akbar berikutnya. Tahun 2020, Argentina bersama Kolombia akan menjadi tuan rumah Copa America, sekaligus bersiap untuk kualifikasi Piala Dunia 2022 di Qatar.Â
Dua ajang tersebut seharusnya menjadi ajang pembuktian apakah Argentina masih layak dipandang sebagai negara dengan tradisi juara sepak bola atau justru mengalami kemerosotan dan tak kunjung bangkit.Â
Dengan semakin meratanya kualitas tim nasional negara-negara dunia, tentu akan menjadi kendala bagi Argentina apabila tidak segera 'melecut diri' untuk bangkit. Publik Argentina masih penasaran dengan tim nasional mereka, sekaligus melayangkan pertanyaan sinis dalam hati mereka kepada para punggawa tim nasional.
"Apakah tim nasional negara saya masih pantas menjadi salah satu tim nasional terbaik dunia atau akan menjadi pecundang yang tak kunjung bangkit selamanya?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H