Yang menarik, etnosentrisme tidak hanya menjadi pembentuk negara-negara Eropa dan menjadi dasar bagi paham nasionalisme di sana, tetapi juga terdapat dalam negara-negara bagian atau wilayah administrasi di beberapa negara Eropa.
Salah satu kasus adalah Spanyol. Tiap wilayah administrasi di Spanyol memiliki kebudayaan sendiri yang unik dan tidak ada di wilayah yang lain. Sebagai contoh, wilayah Negeri Basque memiliki etnis Basque yang bahasa dan kebudayaannya amat berbeda dengan etnis Castille di negara bagian Castilla dan Leon.Â
Etnosentrisme di tiap negara bagian Spanyol cukup kuat, hingga terdapat partai-partai politik yang mewakili tiap daerah tersebut. Etnosentrisme di Spanyol telah berkembang menjadi regionalisme, yang pada beberapa tahun terakhir semakin menguat di negara bagian Catalonia (Catalan) yang ingin memerdekakan diri dari Spanyol karena perbedaan bahasa, suku, hingga ideologi pemerintahan. Bukan tidak mungkin apabila etnosentrisme dan regionalisme di Spanyol terus menguat, negara itu dapat terpecah belah menjadi belasan negara berbeda.
Kasus lainnya, terdapat di kepulauan Britania, yang menjadi tempat tinggal bagi beberapa etnis yang berbeda (Inggris, Skotlandia, Keltik, dan Irlandia). Setiap dominion dalam Britania Raya memiliki kebudayaan, dialek, dan bahasa masing-masing yang dapat menjadi jalan bagi disintegrasi Britania Raya di kemudian hari.
Pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang menjadi permulaan dari Uni Eropa menjadi upaya guna menyatukan negara-negara Eropa yang terpisah secara kultural dalam suatu payung masyarakat ekonomi.
Negara-negara Eropa diajak untuk mengurangi batasan-batasan antarnegara dan berusaha untuk membentuk Eropa menjadi satu kesatuan dalam berbagai bidang. Namun, bukan tidak mungkin sejak maraknya gerakan populis-nasionalis dan etnosentris yang banyak diantaranya bersifat euroskeptis di berbagai negara Eropa menjadi penyebab disintegrasi masyarakat Eropa yang sudah 50 tahun terbentuk.Â
Apalagi, banyak kalangan populis-nasionalis dan etnosentris tersebut yang antipluralisme dan antiglobalisasi, yang dapat mengancam persatuan masyarakat Eropa.
Maka, bukan tidak mungkin apabila populisme terus menguat, Uni Eropa akan bubar dan Eropa kembali ke era semula, ketika negara-negara menggunakan mata uang masing-masing dan batasan antarnegara ditegakkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H