Mohon tunggu...
Alfina Asha
Alfina Asha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tulisan random.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Yuk, "Kenalan" dengan Investasi Syariah!

26 Juli 2021   16:33 Diperbarui: 26 Juli 2021   17:52 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adapun instrumen yang digunakan dapat berupa logam mulia apabila lebih menyukai emas, saham apabila lebih berani dalam mengambil risiko, sukuk apabila lebih menyukai pendapatan yang sifatnya tetap, atau reksa dana apabila tidak memiliki waktu untuk mengelola investasi sehingga bisa diserahkan pengurusannya kepada manajer investasi. Di masa sekarang ini, investasi juga sudah dapat dilakukan di dunia digital, mengikuti perkembangan informasi dan teknologi yang semakin maju.

Di samping semua instrumen yang dapat menjadi alternatif dalam berinvestasi, perlu juga diperhatikan risiko-risiko yang mungkin saja akan dihadapi, seperti risiko likuiditas, volatilitas, ataupun risiko gagal bayar apabila sewaktu-waktu perusahaan tempat berinvestasi tidak memperoleh laba atau bahkan menderita kerugian. Singkatnya, sebelum berinvestasi hendaknya pandai-pandai membaca laporan keuangan perusahaan yang akan ditempati untuk berinvestasi. 

Selain itu, sangat penting untuk mengetahui profil risiko sebelum melakukan investasi. Profil risiko terbagi atas konservatif, moderat, dan agresif. Setiap orang berbeda-beda kesiapannya dalam menanggung suatu risiko. Hal inilah yang membagi mereka ke dalam kategori konservatif, moderat, ataupun agresif. Profil risiko dapat diketahui setelah mengisi kuesioner yang dapat memberi gambaran tentang diri sendiri.

Orang-orang yang termasuk konservatif biasanya cenderung menghindari risiko, sehingga investasi yang lebih cocok yaitu pada instrumen sukuk atau reksa dana. Persentase investasi saham di sini lebih kecil. Adapun untuk orang yang termasuk kategori moderat, sesuai istilahnya, yaitu bisa berada di pertengahan. Artinya, orang ini dapat menginvestasikan hartanya sebagian pada sukuk atau reksa dana dan sebagiannya lagi pada saham. Persentase yang dilakukan atas instrumen yang dipilih cenderung seimbang. 

Sementara orang yang profil risikonya termasuk dalam kategori agresif biasanya lebih berani dalam menanggung risiko. Instrumen yang cocok untuk kategori agresif yaitu pada investasi saham. Investasi saham merupakan investasi yang risikonya paling besar, namun sebanding dengan return yang diperoleh, yaitu cenderung lebih besar daripada investasi pada instrumen-instrumen lainnya. Hal ini sesuai dengan konsep risiko yang berbanding lurus dengan hasil, yaitu semakin besar risiko maka semakin besar pula potensi hasil yang dapat diperoleh. Sebaliknya, semakin kecil risiko yang ditanggung, maka semakin kecil pula potensi return yang dapat diterima.

7 Alasan Kenapa Harus Berinvestasi pada Instrumen Syariah

Menurut Kang AMSI, dalam webinar dengan tema Investasi dalam Perspektif Islam, setidaknya ada tujuh alasan mengapa harus berinvestasi pada instrumen syariah, yaitu: 

  1. Amanah, yaitu menjalankan transaksi sesuai dengan prinsip agama Islam.
  2. Berkah, yaitu bagaimana investasi tumbuh bukan hanya tumbuh secara keuntungan namun juga secara kemaslahatan.
  3. Cuan, yaitu perolehan keuntungan di masa yang akan datang.
  4. Dividen, yaitu dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham.
  5. Efisien
  6. Filantropi, yaitu menggabungkan investasi dengan filantropi. Anggota bursa menggandeng beberapa lembaga amal seperti Baznas, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, ACT Global Wakaf untuk bisa menyalurkan filantropi investor.
  7. Growth (tumbuh), yaitu Indonesia dapat menjadi potensi pusat industri halal di dunia, tinggal bagaimana kita mengambil peran sebagai praktisi.

Strategi dalam Berinvestasi

  1. Mulailah dengan modal terjangkau
  2. Pelajari aturan dan mekanismenya
  3. Terus meng-upgrade pembelajaran dalam bidang investasi

***

Nah, itulah sedikit pembahasan tentang investasi khususnya pada investasi syariah. Semoga dengan adanya tulisan ini dapat memicu teman-teman untuk mencari tahu dan mempelajari lebih lanjut tentang investasi syariah. Yuk, mulai berinvestasi pada produk-produk syariah! 

Terima kasih telah membaca!
Semoga bermanfaat :)

Referensi:

Nugraha, Dimas Waraditya. 2021. "Pengetatan PSBB Picu "Panic Selling" di Pasar Modal", https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2021/01/06/pengetatan-psbb-picu-panic-selling-di-pasar-modal?status=sukses_login&status_login=login, diakses pada 26 Juli 2021 pukul 13.56.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun