Mohon tunggu...
Alfina Asha
Alfina Asha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tulisan random.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Tidak Membuat Kita Miskin

21 November 2020   07:30 Diperbarui: 21 November 2020   11:36 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin, 16 November 2020 kemarin saya diberi kesempatan berharga untuk mengikuti acara QTalks Seminar yang diadakan oleh Qtalks Indonesia. Qtalks Indonesia adalah sebuah wadah independen yang berkomitmen memberi inspirasi, pembelajaran, dan pengetahuan. Ruang ini diinisiasi oleh beberapa pengguna Quora, yaitu sebuah platform untuk berbagi ilmu pengetahuan. 

Sebagai langganan peserta QTalks Seminar, menurut saya QTalks kali ini cukup berbeda dari yang biasanya. Jika biasanya kegiatan diselenggarakan di malam hari pada akhir pekan, kali ini justru diselenggarakan siang hari plus di hari kerja. Tak tanggung-tanggung, penyelenggaraannya kali ini mengundang narasumber yang berprofesi sebagai jurnalis sekaligus presenter kondang Indonesia, yaitu bapak Andy F. Noya. 

Acara dipandu oleh bapak Alex Cheung yang merupakan seorang penulis dan entrepreneur, serta mbak Amy Iljas Riz yang merupakan seorang pengusaha sosial. Keduanya adalah pengguna quora yang juga sering saya ikuti cerita serta jawaban-jawabannya di quora. QTalks Seminar ini juga berkolaborasi dengan BenihBaik.com yang dirintis oleh pak Andy serta Komunitas baWayang yang diwakili oleh mbak Rezy dan mbak Hanifah yang sepanjang acara sangat berjasa sekali menerjemahkan setiap kata yang diucapkan baik oleh narasumber maupun moderator untuk teman-teman penyandang disabilitas agar dapat turut serta menikmati jalannya acara. 

Perwakilan Komunitas baWayang sebagai Penerjemah Bahasa Isyarat (sumber: twitter @qtalks_id)
Perwakilan Komunitas baWayang sebagai Penerjemah Bahasa Isyarat (sumber: twitter @qtalks_id)

Sempat Berpikir bahwa Tuhan Tidak Adil

Andy F. Noya mengisahkan perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku. Terlahir sebagai bungsu dari lima bersaudara, kedua orang tuanya bercerai sejak ia masih kecil. Dua kakaknya ikut bersama ayahnya, sementara dia dan dua kakaknya yang lain ikut bersama sang Ibu. Dibesarkan oleh sosok ibu seorang diri, mereka hidup seadanya. Keadaannya yang pas-pasan inilah yang membuat Andy sempat "marah" kepada Tuhan. Anak bungsu idealnya hidup dengan limpahan kasih sayang atau hidup yang setidaknya lebih mudah, namun Andy justru harus berjuang menjalani hidup yang sayangnya jauh dari ideal tersebut. 

Beranjak remaja, Andy menempuh pendidikan di STM --yang oleh Andy diplesetkan menjadi Sekolah Tanpa Mikir atau Sekolah Tawuran Melulu-- Namun ada dorongan kuat dalam diri Andy untuk menjadi seorang jurnalis. Singkat cerita, seperti yang sama-sama kita tahu, Andy akhirnya benar-benar berkarir sebagai seorang jurnalis. Dia bekerja di Majalah Tempo yang waktu itu mendapat gaji yang masih rendah. Gaji dari istrinya yang juga bekerja di tempat yang sama justru lebih tinggi. Jika digabungkan, gaji keduanya berjumlah Rp 875.000. 

Kedua kakak perempuannya yang ikut bersama ibunya saat perceraian kedua orang tuanya dulu juga telah menikah dan hidup seadanya. Dari kedua kakaknya ini, Andy punya delapan orang keponakan. Syahdan, kedua kakanya meninggal dunia. Suami dari kakak yang satu telah mangkat duluan, sementara yang lain pergi entah kemana. Akhirnya delapan anak ini diasuh oleh Andy dan istri. Beliau sendiri waktu itu juga telah memiliki tiga orang anak. Jadi Andy dan istri total mengasuh sebelas orang anak dengan mengandalkan gaji sejumlah Rp 875.000. Jika dipikir-pikir tentu timbul pertanyaan, bagaimana bisa?

Semua Terjadi atas Rencana Tuhan

Andy akhirnya tiba pada kesimpulan bahwa hidup ini sudah direncanakan oleh Tuhan. Tidak ada yang kebetulan dari kisah hidup yang dijalaninya. Dia yakin bahwa Tuhan memberinya penderitaan sejak kecil agar hatinya diasah untuk menjadi lebih kuat. Dia diizinkan untuk mencicipi penderitaan sedini mungkin agar kelak bisa membantu orang lain yang juga menderita karena sudah tahu bagaimana rasanya penderitaan itu. 

"Kita hidup di dunia mengemban sebuah tugas, yaitu membantu orang lain."

Ya, itu yang diyakini oleh Andy. Bahwasannya kita hidup bukan hanya untuk diri sendiri. Kita hidup juga untuk membantu orang lain. Sejatinya masing-masing dari kita mengemban sebuah tugas mulia di bumi ini, yaitu membantu sesama kita. Karena itulah kita harus tahu dan sadar mengenai tujuan hidup ini. Kadang-kadang ada yang bilang biarkan hidup mengalir seperti air. Andy sama sekali tidak setuju dengan pernyataan ini. Menurutnya, air tidak selalu mengalir ke samudra. Air bisa saja mengalir ke comberan dan mengendap disana. Jika membiarkan mengalir begitu saja, masa mau bawa hidup ke 'comberan'?

Berbagi Tidak Membuat Kita Miskin

Membesarkan sebelas orang anak bersama istri nyatanya tidak pernah menakutkan bagi Andy. Dia percaya bahwa ketika kita berbuat baik, Tuhan akan membalas berkali-kali lipat atas perbuatan tersebut. Salah satu bukti konkretnya terjadi pada dirinya sendiri. Dia bersyukur karena telah berhasil menyekolahkan kesebelas anaknya hingga ke pendidikan tinggi. 

"Betapa kita tidak boleh takut miskin ketika berbuat baik. Ketika kita berbuat baik, Tuhan akan membalas berkali-kali lipat. Pokoknya percaya itu! Saya sudah mengalaminya ribuan kali!" -Andy F. Noya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun