Mohon tunggu...
Alfina Asha
Alfina Asha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tulisan random.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sebuah Catatan tentang Trilogi Hujan Bulan Juni

14 November 2020   22:27 Diperbarui: 26 Desember 2020   08:40 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trilogi Hujan Bulan Juni (dokumen pribadi) 

Sebagai salah satu bentuk usaha agar tidak lupa, saya mau tulis ini. Yaaa namanya juga usaha. Kapok saya kemarin-kemarin habis baca buku akhirnya menguap juga karena tidak dicatat. Meski tidak semua, tapi lumayan juga yang lenyap dari ingatan. 

Baiklah... 

Hari ini akhirnya berhasil khatam salah satu karya trilogi dari Pak Sapardi, trilogi Hujan Bulan Juni. Dimulai dari buku Hujan Bulan Juni, kemudian Pingkan Melipat Jarak, dan terakhir Yang Fana adalah Waktu. Ada jeda yang tidak sebentar antar masing-masing buku, karena satu dan lain hal. Satunya karena tugas kuliah yang beruntun, lain halnya karena isi dompet yang sedang tidak mendukung. 

Jujur saja sejak dulu penasaran sama karya dari eyang seluruh umat ini. Karya yang paling santer digaungkan pemuda-pemuda zaman now paling puisi Hujan Bulan Juni atau Aku Ingin. Jadilah trilogi ini masuk list dan mendekam tidak sebentar di antara daftar buku yang kiranya bisa dibeli suatu saat nanti. Hiyaa~

***

Berkisah tentang Sarwono dan Pingkan yang berbeda dalam banyak hal namun terikat dalam hubungan asmara dua manusia sebagaimana biasanya dengan mengambil latar Universitas Indonesia, Solo, Manado, dan Kyoto. Meski begitu, Pingkan yang sering diejek blasteran meski bukan dari negeri luar tapi merupakan peranakan Manado-Jawa itu tetap ngotot menganggap dirinya sendiri sebagai orang Jawa. Akhiran nama Palenkahu yang melekat pada namanya tidak bisa bohong kalau Pingkan punya darah Manado. Ya, selain wajahnya juga yang cantik khas Manado menurut Sarwono. 

Gambaran fisik Sarwono dalam kisah ini sebenarnya biasa-biasa saja. Dia malah digambarkan kurus kerempeng, namun heran juga saya kenapa Pingkan yang cantik dan banyak yang naksir itu mau-mau saja dengan Sarwono. Rupanya rahasianya ada dalam organ di balik jidat Sarwono. Laki-laki bisa mempesona dan menyatukan diri ke jiwa perempuan dengan kecerdasan, bukan tampang. Itu kata Pingkan. 

Sarwono yang merupakan salah satu dosen UI sering melakukan penelitian kesana-kemari. Di samping itu, ia juga senang menulis puisi. Jika beruntung, tulisan itu bakal muncul dalam surat kabar. Yang saya maksud 'beruntung' jika terbit dalam surat kabar adalah tulisannya, bukan Sarwono-nya. Pasalnya beberapa puisi buatannya hanya berakhir di atas kertas yang tersimpan di dalam kamarnya. 

Puncaknya ialah ketika Sarwono harus dirawat di rumah sakit selama waktu yang tidak sebentar akibat getol ingin menyelesaikan tugas penelitiannya. Pingkan yang sedang di Jepang awalnya tidak tahu menahu, tapi lama-lama akhirnya ketahuan juga. Gadis secerdas Pingkan mana bisa dibohongi lama-lama. 

Hubungan keduanya yang dikisahkan dalam trilogi novel ini tidak lebay macam kisah-kisah roman yang hidup tokohnya sudah seperti martir yang rela berkorban segalanya demi cinta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun