"... karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata. Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina. Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagipula, siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa pernah mendengar kata-kata orang lain. Mereka berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina..."
Bagaimana menurut anda? Saya pikir, masing-masing dari kita bisa memahami dengan sangat jelas maksud kalimat diatas. Sebenarnya, masih banyak sesuatu yang "wah" ketika membaca buku ini, tetapi tidak mungkin saya tulis semuanya. Silakan dibaca sendiri, yaa. Hehehe...
Kemudian, pada bagian kedua terdapat Jawaban Alina yang telah menerima senja dari Sukab 10 tahun kemudian. Betapa banyak yang telah terjadi dalam 10 tahun, namun tetap saja diterima oleh Alina untuk menghargai tukang pos yang telah bersusah payah mengantarkannya ke ujung dunia, alamat Alina kala itu. Di bagian ini penuh jenaka, tak jarang saya tertawa sendiri saat membacanya. Meski begitu, tentu ada juga bagian yang penuh dengan emosional.
Di bagian akhir bab pertama ini, cerpen terakhir diberi judul Tukang Pos dalam Amplop, menceritakan perjuangan tukang pos saat mengantarkan surat dari Sukab untuk Alina yang berisi sepotong senja yang diambil Sukab di pinggir pantai sepuluh tahun yang lalu. Ternyata banyak hal yang terjadi pada tukang pos ini sehingga suratnya baru sampai sepuluh tahun kemudian. Semua itu diceritakannya kepada Alina saat beliau berhasil menemukan Alina.Â
Bingung karena pembaca akan disajikan dengan cerita yang "tidak masuk akal" namun dibuat kagum saat berhasil memvisualisasikan kata demi kata yang disusun oleh Seno ke dalam pikiran mereka sendiri, terlebih penggambaran senja yang begitu indah di setiap cerita dalam buku ini. Bukankah apa saja bisa terjadi dalam sebuah tulisan?Â
Akhir kata, terima kasih telah membaca ulasan ini. Jangan lupa baca bukunya ya.. Selamat membaca! Bagikan perspektif anda mengenai buku ini di kolom komentar:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H