Sabtu, 7 September 2019 kemarin saya dan Azmi jalan-jalan ke Lapangan Karebosi Makassar. Bukan tanpa tujuan, disana sedang diselenggarakan serangkaian kegiatan dalam rangka peringatan Hari Aksara Internasional 2019.Â
Acara ini berlangsung dari tanggal 5-7 September 2019 dengan mengangkat tema "Ragam Budaya Lokal dan Literasi Masyarakat".Â
Secara umum, rangkaian kegiatan HAI ke-54 tersebut terdiri dari Festival Literasi Indonesia, Pameran Produk Unggulan PAUD dan Dikmas, Temu Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan.
Lalu masih ada Workshop Pendidikan Keaksaraan Komunitas Adat terpencil/khusus, Bimbingan Teknis Pendidikan Berkelanjutan, Workshop Percepatan Satuan Pendidikan Nonformal Terakreditasi, serta Pameran Pendidikan dan Kebudayaan. Informasi mengenai rangkaian kegiatan ini saya lihat di sini.Â
Melalui poster yang dibagikan oleh Kang Maman melalui twitter, kami sepakat untuk menghadiri kegiatan Festival Literasi yang dilaksanakan pukul 15.45 WITA dengan menghadirkan pembicara Prof. Djoko Saryono, Kang Maman Suherman, dan Pak Aslan Abidin yang dipandu oleh Wien Muldian.Â
Saat tiba di lokasi, ternyata sudah memasuki sesi tanya jawab. Sangat disayangkan karena kami cukup ketinggalan, tapi kami tetap bergabung. Ada beberapa hal yang dibahas, namun saya sedikit tidak fokus karena masih beradaptasi untuk memahami apa yang sedang dibicarakan.Â
Ketidakfokusan saya tambah menjadi-jadi saat tahu bahwa ternyata sebelumnya ada pembagian buku gratis dan kami tidak dapat karena telat:( Sedih, tapi risiko datang telat.Â
Pembahasan yang kemudian menarik perhatian saya ialah tentang tingkat literasi masyarakat di Indonesia. Perkembangan teknologi sekarang ini membuat banyak orang terutama remaja menjadi tidak lagi tertarik untuk membaca buku.Â
Bisa ditebak, salah satu faktor yang memengaruhinya tentu saja akibat penggunaan gawai. Orang-orang lebih tertarik untuk bermain game atau berselancar di sosial media dibanding membaca buku. Hal ini tentu berpengaruh bagi perkembangan si anak kedepannya dan juga perkembangan bangsa Indonesia sendiri.Â
Pak Aslan Abidin mengatakan bahwa seorang yang gemar membaca buku tidak akan mengalami masa alay dalam kehidupannya. Kalaupun kemudian ada, itu tidak akan berlangsung lama. Sebaliknya, masa alay seseorang akan lebih panjang dari yang seharusnya ketika waktunya tidak disisihkan sedikitpun untuk membaca buku. Pernyataan ini mengundang tawa audiens.. Hahaha
Agaknya buku merupakan sesuatu yang sangat vital bagi peradaban. Dosen sayapun mengatakan bahwa sebuah buku dikatakan buku apabila ia dibaca. Kalau hanya disimpan menjadi penghias ruangan dan tidak dibaca, maka itu hanyalah tumpukan kertas.Â