Saya pertama kali menonton film ini saat masih berusia kanak-kanak dulu. Jangankan pemerannya, judul filmnya-pun saya tidak tahu waktu itu. Wajar saja, kalau tidak salah ingat, saya nonton filmnya sekitar kelas 2 atau 3 SD. Yang paling membekas dalam ingatan saya adalah momen-momen yang terjadi ketika menonton film itu.Â
Kami sekeluarga duduk manis di depan sebuah televisi tabung. Apa yang saya lihat dan masih sangat membekas dalam ingatan saya adalah seorang anak perempuan yang berlari setiap pulang sekolah dan bertemu kakaknya di balik tembok besar.Â
Mereka kemudian dengan cepat bertukar alas kaki dan gantian kakaknya yang berlari menuju ke sekolah. Pada adegan itu, terselip pula nasihat ayah saya yang juga masih sangat membekas dalam ingatan, "Lihat itu anak, mau pergi sekolah tidak ada sepatunya kasihan, ganti-gantianji sama kakaknya. Lari-larimi juga karena takut terlambat. Bersyukurki kita semua masih dibelikan sepatu masing-masing, diantarki juga pergi sekolah. Jangan malas kalau dikasih bangun pagi, jangan juga selalu berkelahi sama saudara"Â
Lihat anak itu, mau ke sekolah tidak punya sepatu. Sepatunya-pun digunakan secara bergantian dengan kakaknya. Setiap pergi dan pulang sekolah mereka lari-larian karena takut terlambat. Kalian harus bersyukur masih bisa dibelikan sepatu masing-masing. Kalian juga diantar ke sekolah --tidak lari-larian. Jangan malas-malas kalau dibangunkan saat pagi, juga jangan sering-sering berkelahi sesama saudara --maklum, waktu itu saya dan adik tak jarang terlibat cekcok karena mainan, hehe.Â
Entah mengapa, hal ini sangat membekas dalam ingatan saya. Hingga suatu hari saat menginjak bangku SMA, saya kembali teringat dengan film ini. Saya kemudian berpikir, mungkin itu cuma mimpi ketika masih kecil dulu. Mungkin film itu tidak benar-benar ada.Â
Namun, tidak sampai disitu, sayapun mencoba mencari film tersebut dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Saya benar-benar tidak memiliki gambaran apapun tentang judul film itu.Â
Akhirnya, saya kemudian mengetik di mesin pencarian dengan kalimat yang kira-kira seperti ini, "Film yang adegannya adik kakak tukar-tukar sepatu saat ingin ke sekolah". Alhasil, muncullah beberapa wajah di google image yang tidak asing rupanya. Eureka!! Saya berhasil menemukan film yang selama ini saya cari. Karena bertepatan dengan bulan Ramadhan, waktu sahurpun saya manfaatkan untuk mengunduh film tersebut, tentunya dengan kuota malam yang saya miliki. Hehehe...Â
Children Of Heaven, film dari negeri Iran yang diproduksi tahun 1997 ini mengisahkan seorang kakak beradik yang bernama Ali dan Zahra. Mereka hidup bersama kedua orang tua dan seorang adik mereka yang masih bayi. Keluarga ini tergolong miskin, yang sehari-hari hidup dengan apa adanya.Â
Namun hal itu tak membuat mereka putus asa. Mereka tetap mensyukuri apa yang mereka miliki, terbukti dengan kemurahan hati mereka yang masih menyempatkan berbagi rejeki kepada tetangga di samping rumah mereka.Â
Suatu hari, Ali singgah ke sebuah toko sayuran untuk membeli --maksud saya, berhutang sayuran yang tampaknya menjadi langganan keluarga mereka. Ali singgah setelah mengambil sepatu merah jambu milik adiknya, Zahra, yang baru saja selesai dijahit.Â
Saat ingin mengambil sayuran, Ali meletakkan sepatu tersebut diatas sebuah barang di depan toko. Seorang pemungut barang bekaspun melintas dan mengambil sepatu yang dikiranya barang rongsokan itu. Usai membeli beberapa sayuran, Ali dibuat bingung bukan kepalang saat mengetahui sepatu adiknya hilang. Dicarinya kesana kemari namun tak juga ditemukan. Akhirnya Ali pulang tanpa membawa sepatu Zahra.Â
Sesampainya di rumah, Zahra yang telah menunggu kedatangan Ali berbinar-binar matanya saat mengetahui Ali sudah datang. Namun itu tak berlangsung lama, kabar hilangnya sepatu Zahra sempat membuat Zahra emosi dan nekat melaporkannya kepada kedua orang tuanya.Â
Namun, dengan mata berkaca-kaca, Ali menahan adiknya agar tak melaporkan hal tersebut. Dia berjanji akan mencari sepatu itu. Dan inilah bagaimana konflik film ini dimulai.
Zahra harus berlari saat pulang sekolah untuk menukar sepatu kakaknya dengan sandal yang digunakan oleh Ali yang sudah menunggu kedatangannya di balik tembok. Sedangkan Ali harus berlari ke sekolah agar tidak telat. Begitulah kisah dua adik-kakak ini berlangsung.Â
Begitu banyak adegan-adegan yang penuh dengan keharuan. Kasih sayang seorang kakak kepada adiknya digambarkan dengan jelas melalui film ini. Pernah suatu hari, Ali yang mendapat hadiah berupa pulpen dari gurunya karena nilai ujiannya yang bagus dengan senang hati memberikan pulpen itu kepada Zahra. Tampak begitu sederhana, namun sarat akan makna.
Kisah ini belum berakhir, kompasianer. Ketika rutinitas mereka --Zahra dan Ali kembali normal, yaitu berlari-larian untuk kembali bertukar sepatu saat pulang dan berangkat ke sekolah, Ali melihat sebuah pengumuman di sekolahnya. Akan diadakan perlombaan lari marathon yang salah satu hadiahnya adalah sepatu untuk juara tiga.Â
Ali tentunya sangat tertarik untuk mengikuti lomba ini dan menyadari bahwa ini adalah salah satu kesempatan emas untuk menggantikan sepatu Zahra. Ambisi terbesarnya adalah untuk menjadi pemenang ketiga dalam perlombaan nanti.Â
Setelah mendaftarkan diri, Ali begitu giat latihan demi mendapat hadiah sepatu itu. Zahra yang mengetahui tentang lomba marathon itu dan hadiahnya yang berupa sepatu sangat bahagia. Matanya berbinar-binar memancarkan harapan agar Ali menjadi juara tiga di perlombaan tersebut.Â
Terima kasih pada perkembangan teknologi yang begitu pesat yang memungkinkan kita menemukan konten-konten yang berkualitas. Satu diantaranya adalah film "Children Of Heaven" yang dapat menjadi perantara kompasianer untuk mengungkapkan kasih sayang kepada orang-orang terkasih, khususnya bagi saya adalah keluarga. Â
Old but Gold. Selamat menikmati film ini, kompasianer!!! :))
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H