Bagi pecinta buku sejarah mungkin sudah banyak yang mengenal Yuval Noah Harri, seorang profesor dari universitas oxford pada tahun 2002 dan sekarang menjadi pengajar jurusan sejarah  di Universitas Ibrani Yerussalem. Dia menulis beberapa buku yang dapat dikatan selalu menjadi Best Seller atau favorit bagi pembaca, seperti buku Sapiens (A Brief History of Humankind), Homo Deus  (A Brief History of Tomorrow) dan buku 21 Lessons for the 21st  Century.
   Dalam buku yang dia tulis Yuval mencoba menjelaskan bagaimana Homo Sapiens ini yaitu kita sebagai manusia dapat bertahan oleh gelombang zaman yang terus bergerak, dia menjelaskan bahwa kita bersaing dengan "saudara purba" kita yang lain dan sapiens keluar sebagai pemenangnya karena memiliki perkembangan pikiran yang lebih cepat dan dapat bekerjasama satu sama lain dengan baik.
  Saat sapiens telah berhasil menggunakan akal mereka untuk dapat bertahan di arus zaman itu, dia seakan menjelma menjadi gelombang Tsunami yang membanjiri penjuru dunia, populasinya yang semakin banyak walau harus terpisahkan dalam kelompok-kelompok di berbagai benua, kendati demikian Sapiens tetap menjadi penguasa tertinggi, menundukan hewan dan tumbuh-tumbuhan atau hasil alam lain adalah kegiatan yang sapiens lakukan untuk memenuhi kebutuhan mereka atau disebut domestifikasi, tidak berhenti disana pada zaman dulu manusia juga mengupayakan bagaimana kita dapat berhubungan dengan saudara kita yang telah terpisah sekian lama dalam rangka bertukar barang-barang kebutuhan, maka suatu ide "mitos" akan kepercayaan sebuah kekuatan nilai tukar tercipta yaitu uang, kini uang dapat "menyatukan" manusia dalam keterpisahan-nya yang jauh.
  Saat sapien berada di pucuk kekuatannya, bukan berarti tidak mendapatkan masalah-masalah yang serius, keadaan terus berubah. Populasi bertambah, kebutuhan semakin banyak, wabah pun dimana-mana. Dalam bukunya yang kedua  Homo Deus, sapiens tak dapat ditahan kini dia ingin menjadi manusia dewa, apa maksudnya ? manusia telah memiliki agenda baru, dalam mukaddimah buku itu bahwa manusia sedang berusaha menggapai cita-cita barunya yaitu immortalitas.
   Dalam sejarahnya manusia seperti memiliki banyak masalah yang menimpanya, seperti kelaparan, wabah hingga perang, tapi sadarkah kita bahwa itu bagian apa yang dilakukan oleh manusia itu sendiri menciptakan konflik untuk memenuhi keserakahan yang tidak terkendali. Namun pada jaman yang modern ini persoalan itu seperti telah teratasi, kelaparan menurun, wabah mungkin ada namun dapat terkendali dan perang tidak lagi berkecamuk seperti pada tahun 1918 dan 1945 mengapa demikian ? mungkin salah satu faktornya adalah terciptanya teknologi-teknologi baru.
   Kita tidak dapat mengelak tentang pesatnya pertumbuhan teknologi yang tidak terbendung, mungkin dalam satu sisi dia sangat membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia, karena sejatinya memang sudah ada sejak dahulu, seperti tombak batu manusia purba, mesin uap dalam revolusi industri hingga kereta cepat yang di buat Jepang, namun teknologi juga dapat menghancurkan walau bertujuan untuk mengakhiri suatu konflik, contoh paling nyata adalah Bom nuklir hiroshima dan nagasaki.
   Di jaman serba modern ini ancaman senjata nuklik masih mengintai, namun ada "ancaman" lain untuk manusia yaitu ambisi yang tak pernah cukup, manusia robot diciptakan sebagai bentuk mengefektifkan pekerjaan, roket diciptakan sebagai upaya penghijrahan manusia ke mars karena bumi mulai usang, apakah ini menjadi solusi untuk menciptakan hidup yang lebih baik ? untuk menghindari kelaparan, wabah dan perang, mungkin bisa tapi bagi kalangan tertentu, karena nyatanya ambisi ini menciptakan sekat yang jelas bagi dua kelompok yang sangat berbeda.
  Kita sebagai manusia lahir dengan keadaan telah menandatangi perjanjian modern, dalam buku itu di jelaskan pula bahwa jika kita memiliki satu loyang kue pai dan ada satu keluarga mendapatkan potongan yang lebih besar maka tidak terelakan bahwa keluarga yang lain mendapatkan potongan yang lebih kecil, lalu bagaimana membenahinya ? maka buatlah kue pai yang lebih besar, karena sistem yang berlaku menuntut manusia untu seperti itu, dan sampai kapankah mengikuti dunia yang tidak pernah berhenti akan ambisi yang tidak pernah terpenuhi ini.
  Kini manusia terus berjalan dalam rel panjang dimana cita-cita yang diinginkannya mulai terlihat walau masih remang, segala kemungkinan akan terus terjadi, masih banyak ruangan gelap yang belum ditelusuri namun dengan kondisi jaman yang tak terkendali ini manusia harus tetap menjaga pola pikir yang baik untuk dapat menjalani hidup yang baik, dan itu di jelaskan dalam buku 21 Lesson for the 21st  Century.
  Â