Prof. Christian Snouck Hurgronje seorang orientalis asal Belanda yang menjadi sosok terkenal dikalangan sejarawan, ia merupakan Islamolog Belanda yang terkenal pada masanya yaitu sekitar tahun 1889. Banyak sekali pertanyaan yang muncul tentang Snouck ini, apakah dia seorang Ilmuwan atau Politikus?, karena pada saat itu pemerintahan Belanda sangat bersikeras memisahkan masyarakat pribumi dari mayoritas Islam terutama para keturunan Arab.
Salah satu pendapat Prof. Snouck Hurgronje, "bukan orang-orang Arab yang memasukkan agama Islam di Indonesia, tetapi orang-orang India". Ia sendiri mempelajari Islam dengan cara menyamar sebagai orang Islam dan masuk ke Kota Makkah, disana ia mempelajari Islam hingga disebut sebagai muslim sejati. Setelah itu ia kembali ke Indonesia dan mendapatkan kedudukan sebagai Adviseur voor Arabische-en Islamitische Zaken dari pemerintah Hindia Belanda.
Namun salah satu orientalis lainnya yaitu Harry J. Benda berpendapat, bahwa sejak kedatangannya ke Indonesia yaitu sekitar abad ke-17 Belanda sendiri sudah menampilkan sikap bermusuhan dengan orang-orang Islam. Secara terus-menerus kekuasaannya diancam oleh perlawanan Islam, meskipun sebagian besar kepulauan Indonesia telah tunduk kepada kekuasaan Belanda. Islam setiap tahun semakin menyebar di wilayah Indonesia dan jumlahnya semakin meningkat sehingga pada abad ke-18 mendapat dorongan baru akibat dari hubungannya dengan pusat ortodoks Islam dari Timur.
Beribu-ribu orang Islam di Indonesia tiap tahunnya berangkat naik haji ke Makkah, kemudian Sebagian dari mereka menetap disana untuk beberapa waktu untuk memperdalam agama Islam dan kembali ke Indonesia sebagai pelopor ajaran ortodoksi yang kemudian lambat laut dapat menggantikan ajaran mistik dan sinkretisme yang sebelumnya sangat terlihat di Islam Indonesia. Sehingga pada akhir abad ke-18 terdapat tanda-tanda keresahan yang terus meningkat, akhirnya pada abad ke-19 terjadi beberapa peristiwa pemberontakan yang cukup besar, seperti halnya pada 1825 ketika Pangeran Diponegoro memberontak terhadap kekuasaan "Kafir" Belanda. Kemudian Benda mengatakan bahwa sekitar tahun 1875 banyak sekali pemberontakan yang lebih mengkhawatirkan, yaitu di Aceh dan Sumatra Utara, yang dengan cepat berkembang menjadi operasi militer lengkap. Peperangan tersebut diperjuangkan dibawah bendera "Perang Suci" Islam. Militansi Islam-Indonesia yang terus menerus meningkat membuat para penguasa yang belum siap menghadapi gejala ini. Islam dan Belanda selalu mengalami perselisihan karena hal ini merupakan kombinasi yang bertentangan satu sama lain sehingga pada saat itu keduanya dirundung ketakutan dan harapan yang berlebihan, fakta tersebut merupakan bukti bahwa Belanda tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam.
Pernyataan diatas yang menjadi alasan mengapa Snouck Hurgronje diangkat menjadi kepala kantor yang baru saja didirikan, yaitu kantor Penasihat Urusan Arab dan Islam (Adviseur voor Arabische-en Islamitische Zaken). Menurut Benda, Snouck Hurgronje adalah seorang negarawan-kolonial besar Negri Belanda yang pengetahuannya tentang Islam dapat dipertanyakan, ia sangat besar jasanya dalam menjalankan politik Islam Belanda agar menjadi sukses. Benda sendiri menyebutkan bahwa kemenangan terbesar yang diperoleh oleh Belanda berkat kerja keras yang dilakukan oleh Snouck Hurgronje dalam reorientasi politik.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Prof. Snouck Hurgronje bukan sebagai Ilmuwan saja tetapi sebagai Politikus juga karena nasihatnya yang disampaikan kepada pemerintah Hindia Belanda adalah nasihat politik untuk membantu pemerintah itu menjajah orang yang beragama Islam. Berbagai ilmu yang ia miliki tentang Islam dipakai untuk keberlangsungan para koloni menjajah Indonesia.
Sumber : Buku Islam dan Keturunan Arab Dalam Pemberontakan Melawan Belanda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H