Kulitku terbakar,
Melepuh mengeluarkan cairan
Kisah lama di tahun 98,
Seperti luka bakar
bentuk dan rasa lukanya masih ada
Entah pribumi atau tionghoa,
Sakit itu sama-sama luar biasa
Ibu kehilangan anaknya,
Anak kehilangan bapak,
Perawan dan ibu hamil dirudapaksa
Tepat di hadapan ayah dan suaminya,
Entah setan dan iblis apa yang merasuki para pelaku
Padahal mereka sesama pribumi,
Sengkuni mana yang mengadu domba?
Jika kau tak percaya,
Kau bisa datang ke Surakarta
karena,
segala kericuhan selalu bermula di Surakarta
Surakarta, 24 April 2024
Puisi ini tercipta karena menilik dari tragedi 98 yang menyebabkan banyak korban, khususnya para perempuan Tionghoa yang menjadi korban rudapaksa. Dari kesaksian orang-orang yang melihat tragedi ini di Solo sangat mengerikan dan begitu sadis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H