Melihat si kecil bahagia adalah momen yang paling indah dan tak tergantikan bagi orang tua. Setiap orang tua pasti mengharapkan yang terbaik dan mengusahakan segala sesuatu dengan maksimal demi sang buah hati. Terlebih jika sang buah hati sudah menyunggingkan senyumannya, rasanya selalu ingin melihat ekspresi wajah tersebut.Â
Kebahagiaan seorang anak dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Tidak melulu perihal materi dan finansial, bayi akan bahagia jika stimulasi yang diberikan orang tua tepat sesuai dengan usianya. Salah satu stimulasi yang merangsang bayi tertawa yakni bermain Ciluk, Ba!.Â
Ciluk, Ba! adalah kegiatan bermain dimana terdapat objek baik kedua tangan, maupun benda lain yang menutupi seluruh wajah kemudian dibuka lagi hingga menampilkan wajah sembari berkata "Ciluk, Ba!". Bermain Ciluk, Ba! dapat diterapkan mulai dari usia 3 bulan.Â
Namun, antusias si kecil pada Ciluk, Ba! baru terlihat ketika usianya menginjak 6-12 bulan. Hal ini dikarenakan anak merasa tidak terlihat atau invisible ketika seseorang menutup wajahnya dan kembali terlihat ketika seseorang melepaskan objek yang menutupi wajahnya. Dari situlah, timbul raut muka sumringah anak. Walaupun sederhana, Ciluk, Ba! memiliki efek yang luar biasa bagi anak.Â
  1.   Mempererat Ikatan antara Anak dan Orang Tua
Bermain Ciluk, Ba! membuat anak semakin sering melihat wajah orang tuanya. Hal ini menjadi sorotan utama anak ketika permainan berlangsung. Perlahan-lahan anak mulai paham dan mengerti mana keluarganya mana orang asing sehingga mempererat ikatan batin antara anak dam orang tua.Â
  2.  Mengembangkan Kemampuan Bersosialisasi Anak
Ciluk, Ba! tidak hanya dapat dilakukan oleh orang tua melainkan dilakukan siapa saja yang berada di sekitar anak. Misalnya, kakek, nenek, paman, bibi, dan sanak saudara lainnya. Keterlibatan banyak orang menstimulasi kemampuan bersosialisasi anak sehingga ketika dewasa nanti anak merasa percaya diri dan mudah beradaptasi di lingkungan baru.Â
   3.  Mengajarkan Anak Kemandirian Sejak Dini
Dari permainan Ciluk, Ba!, anak akan belajar konsep ada dan tidak ada seseorang disekitarnya. Ia akan memahami suatu objek tetap ada walaupun ia tidak melihat maupun mendengarkan secara langsung. Kegiatan ini dapat meminimalisir kecemasan anak ketika orang tuanya tidak berada disekitarnya. Dengan kata lain, kemandirian akan muncul secara perlahan.Â
   4.  Menstimulasi Perkembangan Kognitif dan Konsep Matematika Awal Anak