Mohon tunggu...
Alfiyyah Saaddi
Alfiyyah Saaddi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tertarik dalam bidang menulis, aktif dalam sosial media dan suka mengkritisi isu-isu terkini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengasah Etika Retorika Dakwah untuk Era Digital

26 Juni 2024   13:00 Diperbarui: 26 Juni 2024   13:08 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Syamsul Yakin dan Alfiyyah Saaddi (Dosen Retorika dan Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Dalam era digital yang semakin terhubung, penting bagi para dai dan orator untuk memahami dan mengasah adab retorika dakwah. Etika dalam berdakwah bukan hanya sekadar mengikuti aturan-aturan formal, tetapi juga mencakup kesopanan, keramahan, dan budi pekerti yang menjadikan komunikasi lebih berarti dan bermakna. Komunikasi yang dilandasi oleh adab akan lebih mudah diterima dan menginspirasi audiens.

Di tengah arus informasi yang cepat dan seringkali berlebihan, adab retorika dakwah menjadi pilar utama dalam mempertahankan integritas pesan-pesan dakwah. Ini berarti tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan, tetapi juga bagaimana cara penyampaian dilakukan. Orator dan dai perlu menjaga tutur kata dan perilaku mereka agar sesuai dengan nilai-nilai Islam yang menghargai segala bentuk interaksi manusiawi.

Adab dalam konteks dakwah bukan hanya sebuah kewajiban formal, melainkan cerminan dari karakter dan integritas pribadi. Orator yang mampu menunjukkan adab yang baik akan lebih mudah menginspirasi dan memberdayakan audiensnya. Sebaliknya, ketidakpatuhan terhadap adab dapat mengurangi efektivitas pesan yang disampaikan dan merusak citra yang dibangun selama ini.

Penggunaan media sosial sebagai platform dakwah menambah kompleksitas dalam menerapkan adab retorika. Respons yang instan dan tersebar luas membutuhkan kehati-hatian ekstra dalam memilih kata dan menyusun argumen. Orator dan dai perlu mengembangkan kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika media digital tanpa kehilangan nilai-nilai adab yang dijunjung tinggi dalam Islam.

Ketika adab retorika dakwah dipraktikkan secara konsisten, hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas komunikasi dakwah tetapi juga memberikan contoh yang baik bagi masyarakat dalam berinteraksi secara umum. Adab menjadi fondasi yang kuat dalam membangun hubungan yang harmonis antara orator, audiens, dan masyarakat luas dalam berbagai konteks sosial.

Mengamalkan adab retorika dakwah bukan hanya soal kualitas komunikasi, tetapi juga mengenai integritas moral dan spiritual dari setiap individu yang terlibat dalam proses dakwah. Dengan menjaga adab, dakwah dapat menjadi alat yang lebih efektif dalam menyebarluaskan pesan kebaikan dan kebenaran kepada seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali.

Dalam pandangan Islam, adab merupakan ekspresi dari kesempurnaan iman seseorang. Oleh karena itu, setiap langkah yang diambil dalam dakwah haruslah dipandu oleh nilai-nilai adab yang tidak hanya menghormati pendengar tetapi juga menghormati proses komunikasi itu sendiri. Dengan demikian, adab retorika dakwah tidak hanya relevan dalam konteks zaman now, tetapi juga memberikan fondasi yang kokoh bagi dakwah yang berkelanjutan dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun