Mohon tunggu...
Alfiyyah Saaddi
Alfiyyah Saaddi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tertarik dalam bidang menulis, aktif dalam sosial media dan suka mengkritisi isu-isu terkini.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Retorika Kontemporer sebagai Jalur Pemersatu Ide dan Seni Beretorika

4 Juni 2024   14:26 Diperbarui: 4 Juni 2024   14:49 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syamsul Yakin dan Alfiyyah Saaddi (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)/dokpri

Oleh: Syamsul Yakin dan Alfiyyah Saaddi (Dosen Retorika dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Retorika, yang awalnya dikenal sebagai seni berbicara, telah berkembang menjadi ilmu berbicara yang memadukan pengetahuan, pikiran, kesenian, dan kemampuan berbicara. Dalam era kontemporer, retorika komunikasi terbagi menjadi dua bagian: retorika komunikasi verbal dan nonverbal. Kedua bagian ini memungkinkan penggunaan berbagai media dan strategi untuk menyampaikan pesan yang efektif dan efisien.

Retorika komunikasi verbal meliputi proses komunikasi yang disampaikan secara lisan dan tulisan. Bahasa lisan dan tulisan yang digunakan harus indah, efektif, dan efisien untuk memberikan informasi, memengaruhi, atau membujuk, serta memberikan hiburan. Dalam era klasik, retorika komunikasi lisan hanya dipahami dengan pengucapan kata-kata secara langsung dan tatap muka, seperti pidato dan ceramah. 

Namun, dengan hadirnya media konvensional seperti televisi, radio, dan telepon, retorika komunikasi lisan kian berkembang. Saat ini, retorika komunikasi lisan dapat menggunakan berbagai platform media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook.

Sementara itu, retorika komunikasi tulisan meliputi proses menulis, mengetik, dan mencetak simbol seperti huruf dan angka untuk menyampaikan pesan dengan kata-kata yang menarik, estetik, efektif, dan efisien. 

Pada masa lampau, alat tulis manual digunakan, lalu muncul mesin ketik biasa, mesin ketik elektrik, hingga kini dengan menggunakan keyboard komputer, stylus, atau pena digital. Media yang paling purba untuk menulis adalah daun, kulit binatang, dan kemudian kertas. Sebelum tinta tersebar luas, batu tulis lebih digunakan. Pada 1990-an, kapur tulis masih digunakan di hampir setiap sekolah.

Media komunikasi tulisan terus berkembang. Pada 1906, koran pertama dikenal di Jerman, lalu muncul majalah di Prancis pada 1665. Buku telah dikenal manusia jauh sebelumnya, yakni 24

00-an sebelum Masehi di Mesir. Saat ini, orang dapat menulis di media baru seperti Twitter, WhatsApp, Telegram, dan lain-lain.

Dalam konteks ini, retorika kontemporer dapat diartikan sebagai jalur pemersatu ide dan seni beretorika. Retorika bukan hanya seni berbicara dan menulis, tapi juga ilmu berbicara dan menulis yang berbasis data dan riset. Retorika memungkinkan penggunaan berbagai media dan strategi untuk menyampaikan pesan yang efektif dan efisien, sehingga menjadi penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, bisnis, dan politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun