Mohammad Hanafiah menamatkan sekolah dasarnya di Distrik Kelua ( dekat Tabalong) tahun 1915 , kemudian melanjutkan ke OSVIA ( Opleiding School Voor Inlandshe Ambtenaren) sekolah Khusus untuk Bumiputera di Makasar, tahun 1921 beliau kembali ke Banua untuk bertugas sebagai Pamong, lalu tahun 1929 beliau mendapat tugas belajar ke batavia untuk bersekolah ke Bestuur Academie di Batavia dan selesai tahun 1931.
Karir Beliau membawa beliau menjadi Hoofd Distrik dengan pangkat Kiai ( setingkat Camat) di berbagai daerah di wilayah Banua, di Jaman Jepang beliau diberikan Jepang Jabatan di Barabai, di masa revolusi kemerdekaan Pemerintah Belanda memberi beliau jabatan sebagai Kiai Besar di Martapura ( 1946-1949).Â
Tahun 1948 Beliau menjadi ketua Dewan Banjar dengan salah satu wakilnya adalah Idham Khalid, dan beliau ikut menandatangani UUD Republik Indonesia Serikat. Â
Beliau juga tokoh yang masuk ke hutan bertemu dengan pimpinan pasukan ALRI IV bersepakat membagi perjuangan dengan cara politis oleh para pamong dan senjata oleh para Pasukan ALRI IV.
Di jaman Orde Lama beliau menduduki jabatan menteri Agraria Pertama di Republik ini mewakili Partai NU pada kabinet Ali Sastromidjojo I pada 1953, beliau hanya menjabat sebagai menteri selama satu tahun lebih dan kemudian di gantikan oleh I Gusti Gde Rake.
Tidak banyak informasi yang kita ketahui bagaimana beliau bisa berkiprah dalam partai NU, kabinet Ali Sastromidjojo I pada 1953 adalah debut pertama partai NU yang telah memisahkan diri dari Partai Masyumi dan Mohammad Ali hanafiah menjadi salah satu dari tiga tokoh Partai tersebut yang menduduki jabatan Menteri.
2. Idham Khalid
Beliau lahir di satui Kota Baru, tanggal 27 Agustus 1922, ayah berliau bernama Muhammad Chalid yang berasal dari tangga Ulin Amuntai, beliau pernah mengecap pendidikan di Pesantren Guntor Ponorogo.
Idham Kahlid merupakan salah tokoh Besar dari kalimantan selatan yang debut pertamanya menduduki jabatan politik dengan posisi yang sangat strategis, yaitu Wakil Perdana Menteri pada kabinet Ali Sastromidjojo II tahun 1956-1957 mewakili partai NU, meski kabinet ini merupakan kabinet yang singkat namun tetap bisa dikatakan sebagai debut politik yang luar biasa.
Selanjutnya pada Kabinet Juanda tahun 1957-1959 Idham Khalid tetap menjabat sebagai wakil Perdana menteri. Beberapa tahun kemudian beliau juga menjadi wakil Perdana Menteri dalam kabinet Dwikora II tahun 1966 yang bertahan selama dua bulan sahaja, dan menjadi Menteri Utama Bidang kesejahteraan Rakyat dalam Kabinet Ampera I tahun 1966-1967, Â menjadi Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Ampera II tahun 1967-1968. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Pembangunan I tahun 1968-1971. Beliau juga menjadi ketua kabinet NU dari tahun 1956 hingga 1984. Dan menjadi Ketua anggota DPA tahun 1978-1983,.